Jumat, 30 Juni 2017
Terlantar tetapi Tidak Ditinggalkan
"Engkau tidak meninggalkan mereka di padang gurun karena kasih sayangMu yang besar. Tiang awan tidak berpindah dari atas mereka pada siang hari untuk memimpin mereka pada perjalanan, begitu juga tiang api pada ma lam hari untuk menerangi jalan yang mereka lalui" (Nehemia 9:19).
Kecuali Kaleb dan Yosua, semua orang yang meninggalkan Mesir meninggal selama 40 tahun pengembaraan Israel di padang gurun. Mereka, karena ketidaktaatan mereka, satu generasi ditolak, bangsa itu tidak memenuhi syarat, bangsa yang tidak terhormat.
Nehemia mengingatkan kita bahwa meskipun mereka sering tidak setia dan ditelantarkan, mereka tidak pernah ditinggalkan. Yahwe tidak hanya memberikan mereka tiang awan pada siang hari dan tiang api pada waktu malam, tetapi Dia juga memberi Roh-Nya yang baik untuk memberikan kepada mereka petunjuk dan manna untuk makanan mereka. Seperti yang dijanjikan-Nya, Dia mencukupi mereka sehingga mereka tidak kekurangan. Pakaian mereka "tidak menjadi rusak" dan "kasutmu tidak menjadi rusak di kakimu" (UL 29:5). "Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka" (Yes. 63:9). Hukuman-Nya seringkali terasa pahit, tetapi itu membuat mereka menjadi lebih baik. Murka Allah bukan hanya masalah perihnya hukuman, tetapi langkah-langkah untuk memperbaiki yang menginstruksikan untuk bertobat.
Zaman ini kita banyak mendengar tentang kelemahan Israel modern, tentang kurangnya kerohanian di gereja, tentang fakta bahwa kita, seperti rekanrekan kita pada zaman dulu yang telah menyimpang terlalu jauh di padang gurun. Memang benar seharusnya Israel modern dari dulu telah mencapai warisan tersebut. Kita juga sering frustrasi dalam perjalanan kita. Sangat tepat bila kita digambarkan sebagai Laodikia pada Wahyu 3. Tetapi mereka yang terobsesi dengan ciri-ciri Laodikia kita tidak pernah bisa mengatasi kenegatifan dan kesuraman yang dihasilkan oleh fokus yang berlebihan pada kelemahan gereja.
Kita juga menderita kerugian karena ketidakpercayaan; kita juga memerlukan kebangkitan, pertobatan dan pembaruan yang membara, merupakan kebutuhan kita yang terbesar dan paling mendesak. Namun, kita perlu menaruh ke hati kita kenyataan bahwa bahkan meskipun dengan segala pergumulan kita, kita tetap "biji mata [Nya]" (Mzm. 17:8); dan bahwa "gereja, yang lemah dan cacat, yang perlu ditegur, diperingatkan dan dinasihati, merupakan satu-satunya objek di bumi di mana Kristus menganugerahkan perkara-perkara-Nya yang tertinggi" (Testimonies to Ministers, hlm. 49). Pemikiran ini menghasilkan optimisme dan jaminan yang memerangi keputusasaan mereka yang tertekan oleh penyakit Sion dan menanamkan kepercayaan yang penuh harapan kepada kesetiaan yang lebih mendalam.