Jumat, 09 Juni 2017

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Jumat, 9 Juni 2017
Pendalaman - Guru-guru Palsu
Pendalaman: Begitu sering kita mendengar orang Kristen berbicara mengenai “kemerdekaan di dalam Kristus.” Dan tentunya, hal ini adalah suatu konsep yang sah. Terbebas dari dakwaan hukum dan mendapat jaminan keselamatan karena apa yang Kristus telah buat bagi kita dan tentunya itu bukan karena usaha kita sendiri untuk bebas. Kisah Martin Luther dan beban yang dideritanya sebelum dia memahami kasih karunia adalah sebuah contoh yang baik akan apa yang dimaksudkan oleh kebebasan ini. Namun, sebagaimana yang kita telah lihat dalam Kitab Petrus, kebenaran yang luar biasa ini dapat diputar balikkan. “Kebenaran besar akan ketergantungan kita seluruhnya kepada Kristus untuk keselamatan berada terletak dekat dengan kesalahan pendapat pribadi. Kemerdekaan di dalam Kristus oleh ribuan orang telah salah paham karena kefasikan; dan karena Kristus datang untuk membebaskan kita dari tuntutan hukum, banyak orang menyatakan bahwa hukum itu sendiri sudah digenapi, sehingga mereka yang memeliharanya tidak menghargai kasih karunia. Dan itulah sebabnya, karena kebenaran dan kepalsuan tampaknya hampir sama, pikiran yang tidak dituntun oleh Roh Kudus akan dituntun untuk menerima kesesatan dan dengan demikian, meletakkan diri mereka di bawah penyesatan oleh kuasa Setan. Dalam hal ini menuntun orang menerima kesalahan gantinya kebenaran, Setan sedang bekerja untuk mengamankan kehormatan dunia Protestan.”—Ellen G. White, Christ Triumphant, hlm. 324.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1. Renungkanlah 2 Petrus 2:19 dan hal-hal lainnya yang Petrus katakan mengenai akibat ajaran sesat. Mengapakah kita harus memastikan untuk belajar bagi diri kita sendiri kebenaran penting yang kita percayai? Seberapa pentingkah bahwa kita semua benar-benar sepakat pada apa yang harus kita percayai? Kapankah hal itu menjadi berbahaya memikirkan pendapat yang berbeda dengan saudara seiman yang lain?
2. Perhatikanlah pada bahasa Petrus yang tegas berhubungan dengan pertanyaan mengenai hukuman dan penghukuman: “Mendatangkan kebinasaan atas diri mereka sendiri” (2 Ptr. 2:1); “mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar” (2 Ptr. 2:12); “menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman” (2 Ptr. 2:9); “kebinasaan [mereka] tidak akan tertunda” (2 Ptr. 2:3). Apakah yang ayat-ayat ini katakan kepada kita mengenai bukan saja realitas penghakiman tetapi mengenai begitu kerasnya Allah menghukum mereka yang menuntun umat-Nya kepada penyesatan?
3. Apakah yang Anda pikir maksud ketika mereka yang berbicara mengenai “kebebasan di dalam Kristus” berbicara secara umum, bukan dalam konteks hukum secara umum (walaupun ada beberapa) tetapi dalam konteks pemeliharaan hukum keempat, hukum Hari Sabat? Bagaimanakah pendapat ini menolong kita untuk melihat cara lain yang dimaksud dengan “kebebasan di dalam Kristus” dapat diputarbalikkan?

RENUNGAN PAGI

Jumat, 09  Juni  2017
 
Rahasia Kepercayaan
 
“Tetapi Musa berkata kepada Allah: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?”
(Keluaran 3:11).
 
Tiga kali Musa menawarkan alasan ketakutan dalam menanggapi panggilan-Nya yang pertama adalah statusnya yang rendah (Kel. 4:1); yang kedua adalah kurangnya kepercayaan dari orang lain (ayt 1); ketiga adalah kurangnya kefasihannya – mungkin merujuk kepada hilangnya kefasihannya dengan bahasa Mesir setelah 40 tahun tidak di sana (ayat 10).
 
Tuhan memperkuat tekad Musa pertama-tama, dengan mengubah tongkatnya menjadi ular, kemudian dengan menimbulkan  dan penyembuhan tangannya dari kusta, dan akhirnya dengan menunjuk saudaranya Harun,  sebagai rekannya untuk menjadi jurubicara di hadapan Firaun dan orang Israel.
 
Sikap Musa yang merendah di padang gurun mengingatkan kita kepada permohonan Yesus di Taman getsemani. Tiga kali Dia meminta kepada Bapa untuk meringankan-Nya dari kemungkinan yang mengagumkan akan Golgota (Mat. 26:44). Sikap Yesus yang merendah  bukan didorong oleh rasa takut-Nya terhadap penganiyaan atau kepada orang-orang yang kepadanya Dia datang untuk memberi keselamatan, tetapi kekejaman misi kosmis-Nya. Dia adalah Musa kita yang lebih baik karena tiap kali dia berseru – “Biarkanlah cawan ini lalu daripada-Ku” (lihat ayat 39-44) – selalu disertai dengan penyangkalan diri yang merendah seperti “tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (ayat 39). Dia adalah Musa kita yang lebih baik karena dia tidak membutuhkan tanda-tanda dan mukjizat untuk  membuktikan panggilan-Nya ke Golgota. Dia lebih baik karena beban misi-Nya tidak hanya melibatkan  suatu bangsa, tetapi juga dunia. Dan karena surga tidak memberikan kepada-Nya rekan dalam penderitaan, tidak ada intervensi  Ilahi, tidak ada kaki tangan dalam pengorbanan. Dia harus melangkah kepada  pemerasan anggur sendirian.
 
Di sana, untuk Penderitaan Getsemani tidak ada intervensi Ilahi, tidak ada mukjizat pembebasan. Meskipun roh-Nya tertekan ke bawah oleh beratnya beban dosa-dosa kita, dosa-dosa itu tidak mematahkan. Iman-Nya yang tak tergoyahkan tidak mampu melihat melampaui pintu gerbang kuburan  (The  Desire of Ages, hlm. 753), tetapi ketika tergoda untuk berhenti Dia mengingat cara Bapa yang mengagumkan untuk menguatkan Dia untuk melalui pelayanan-Nya di bumi, dan Dia dikuatkan untuk mati.
 
Apakah Anda ditantang hari ini oleh kemungkinan yang membanjiri Anda? Apakah Anda dibanjiri dengan kemungkinan yang tampaknya menantang kemampuan terkuat Anda? Maka lihatlah kepada Yesus. Dia mengetahui jalan untuk melalui padang gurun semua pencobaan kehidupan. Mengetahui Firman-Nya akan menyediakan kebijaksanaan dan keberanian untuk hidup dan bahkan, jika perlu untuk mati sesuai dengan  kehendak-Nya.

Source:

Kamis, 08 Juni 2017

RENUNGAN PAGI

Kamis, 08  Juni  2017
 
Imam Pada Masa Yang Akan Datang
 
“Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum  di bumi, segala pulau mengharapkan pengajarannya” (Yesaya 42:4).
 
Sepanjang tahun pendidikannya di Mesir dan sekolah di padang gurun, Musa (tipe) sedang dipersiapkan untuk berperan sebagai  pembebas tanpa benar-benar disadarinya. Dan ketika dihadapan semak yang terbakar ia dibuat sadar akan misinya, ia keberatan dengan menyebutkan kekurangan sebagai alasan untuk tidak pergi.
 
Yesus (prototype), sejak berusia 12 tahun, ketika Dia melihat pengorbanan di bait suci, dengan jelas memahami peran-Nya sebagai anak domba korban kita. Selama 18 tahun sejak  pernyataannya itu dan pembabtisan-Nya di tangan Yohanes, Ia tidak goyah atau menjadi putus asa. Dan, selama pelayanan-Nya, meskipun tersiksa dan disiksa, diejek dan dicobai oleh kawan maupun lawan, Dia tidak bergeming atau menjadi putus asa. Benar, di Getsemani Dia memohon  kelepasan dan jalan lain untuk menyelesaikan tugas. Namun, karena tidak ada jalan lain, Dia dengan patuh menerima siksaan dan kematian yang membayar harga penebusan kita. Rahasia komitmen-Nya yang teguh dari sejak anak-anak, masa muda, dan dalam pelayanan-Nya dan dibaptiskan di sungai Yordan hingga penyerahan-Nya di golgota adalah hubungan-Nya yang intens dengan Bapa-Nya. Karena hubungan yang memberi hidup inilah, Dia mampu tetap fokus dan setia.
 
Kesadaran misi-Nya sebagai kaca pembesar untuk hukum pernyataan karakter Bapa-Nya , teladan ketaatan manusia, dan korban untuk dosa manusia tidak menyurutkan-Nya. Pengetahuan-Nya bahwa pekerjaan-Nya di bumi akan berakhir dengan kematian tidak membuat –Nya tertekan. Kesadarannya bahwa sebagian besar dari mereka yang kepadanya Dia datang untuk memberi keselamatan akan menolak kasih-Nya tidak menghalangi Dia. Dia melaksanakan misi-Nya dengan keberanian dan keyakinan; Ia menerima takdir-Nya sebagai seorang yang menanggung kematian dan bukan kehidupan, dan ditemukan setia.
 

Beban kita bukanlah beban penebusan dunia, tetapi kita memiliki misi sederhana untuk mengabarkan peringatan saat-penghakiman bagi dunia. Secara individu, kita memiliki tantangan iman pribadi dalam apa  yang seringkali merupakan situasi yang menuntut dan sulit. Yesus, Musa kita yang lebih baik, telah menunjukkan kepada kita jalan untuk memiliki kesetiaan yang teguh. Teladan-Nya adalah contoh kita, penderitaan-Nya adalah inspirasi kita, prinsip-prinsip-Nya adalah panduan kita dan janji-janji-Nya adalah kenyamanan dan tempat tinggal kita.
- See more at: http://www.adventbenhil.org/media/renungan-pagi/imam-pada-masa-yang-akan-datang-0#sthash.HusdiAgG.dpuf

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Kamis, 8 Juni 2017
Pelajaran Lainnya dari Perjanjian Lama
Bacalah 2 Petrus 2:6-16. Apakah contoh lain yang Petrus gunakan untuk memberikan peringatannya tentang ke mana kita dapat dituntun oleh kefasikan?
2 Petrus 2:6-16, "6 dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian, 7 tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, -- 8 sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa --9 maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman, 10 terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan, 11 padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah. 12 Tetapi mereka itu sama dengan hewan yang tidak berakal, sama dengan binatang yang hanya dilahirkan untuk ditangkap dan dimusnahkan. Mereka menghujat apa yang tidak mereka ketahui, sehingga oleh perbuatan mereka yang jahat mereka sendiri akan binasa seperti binatang liar, 13 dan akan mengalami nasib yang buruk sebagai upah kejahatan mereka. Berfoya-foya pada siang hari, mereka anggap kenikmatan. Mereka adalah kotoran dan noda, yang mabuk dalam hawa nafsu mereka kalau mereka duduk makan minum bersama-sama dengan kamu. 14 Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk! 15 Oleh karena mereka telah meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka, lalu mengikuti jalan Bileam, anak Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatan-perbuatan yang jahat. 16 Tetapi Bileam beroleh peringatan keras untuk kejahatannya, sebab keledai beban yang bisu berbicara dengan suara manusia dan mencegah kebebalan nabi itu."
Referensi mendasar yang pertama mengenai Sodom dalam Alkitab adalah Kejadian 12:12, 13. Lot dan Abraham memutuskan untuk berpisah karena alasan “keuangan”. Lot memilih lembah Yordan, dan “berkemah di dekat Sodom” (Kej. 13:12). Alkitab kemudian berkomentar, “Adapun orang Sodom sangat jahat, dan berdosa terhadap TUHAN” (Kej. 13:13). Di kemudian hari, ketika Allah memperingatkan Abraham bahwa Dia berencana untuk menghancurkan Sodom, Abraham mengadakan kesepakatan bahwa Allah tidak akan menghancurkannya jika terdapat 10 orang benar di sana (Kej. 18:16-33). Ketidakmungkinan menemukan meskipun 10 orang benar di Sodom cukup ditunjukkan oleh apa yang terjadi dengan utusan yang dikirim untuk mengunjungi Lot. Alhasil, kota ini dihancurkan; hanya Lot dan kedua putrinya yang lolos (Kej. 19:12-25).
Petrus mengambil dua pelajaran dari kisah ini. Pertama, kedua kota itu menjadi contoh hukuman yang datang kepada orang fasik (2 Ptr. 2:6). Kedua, hal itu menunjukkan bahwa Tuhan tahu bagaimana menyelamatkan orang saleh dari pencobaan (2 Ptr. 2:7-9). Petrus kemudian mencatat beberapa karakteristik dari mereka yang dibinasakan di Sodom dan Gomora: Mereka menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan menghina pemerintahan Allah, berani dan angkuh, dan tidak segan-segan menghujat kemuliaan (2 Ptr. 2:10, 11). Karakteristik ini memiliki kesamaan dengan bagaimana yang Petrus jelaskan mengenai guru-guru palsu dan para pengikutnya.
Kisah Bileam terdapat dalam Bilangan 22:1-24:25. Dia telah dibayar oleh Balak, raja Moab, untuk mengutuk orang Israel. Pada awalnya enggan, dia akhirnya dibujuk untuk melakukan tugas ini dengan tawaran sejumlah uang yang lebih besar (Bil. 22:7-21). Dalam perjalanan ia berhadapan dengan “malaikat Tuhan” dan diselamatkan dari kematian hanya karena sewaktu keledainya menyimpang. Bileam kemudian memukul keledainya dan baru menyadari kesalahannya ketika matanya terbuka, dan ia melihat “malaikat TUHAN” sendiri (Bil. 22:22-35). Pada akhirnya, Bileam akhirnya memberkati Israel (Bil 23:4-24:24). Petrus menggunakan Bileam sebagai contoh dari mereka yang tertarik dengan perzinaan dan keserakahan (2 Ptr. 2:14, 15). Orang-orang seperti itu bagaikan Bileam. Mereka telah meninggalkan jalan yang mereka harus ikuti.
Pikirkanlah mengenai semua yang telah diberikan kepada kita, baik yang dalam Alkitab dan dalam tulisan-tulisan Ellen G. White. Karena itu, mengapakah kita sebagai anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tidak bisa mengatakan bahwa kita tidak diperingatkan?

Rabu, 07 Juni 2017

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Rabu, 7 Juni 2017
Petrus dan Yudas
Banyak orang telah mengamati bahwa Judas 4-19 sebagian besar mengulangi pekabaran 2 Petrus 2:1-3:7. Setiap kali Alkitab mengulangi suatu pekabaran, kita harus menyadari bahwa Allah ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Dalam ayat-ayat yang sama, Petrus dan Yudas berusaha keras untuk memberitahukan kepada kita suatu kebenaran penting: Allah mengendalikan nasib orang fasik. Baik Petrus dan Yudas meninggalkan pesan yang tidak diragukan bahwa Allah sedang memantau kejahatan dari dekat. Baik manusia yang jahat atau malaikat yang telah jatuh, Allah telah mengambil catatan khusus akan kejahatan mereka dan telah merencanakan hukuman mereka pada hari penghakiman (2 Ptr. 2:9, 17; Yudas 6). 

Bacalah 2 Petrus 2:1-3:7 dan Yudas 4-19. Apakah contoh pembalasan Allah di masa lalu yang Petrus dan Yudas berikan untuk menekankan fakta bahwa Allah sungguh-sungguh dalam berurusan dengan dosa? 
Petrus dan Yudas mencatat tiga contoh pembalasan Allah di masa lalu. Termasuk di antaranya kehancuran dahulu kala oleh Air Bah, pembakaran Sodom dan Gomora, dan malaikat-malaikat yang tidak taat dibelenggu untuk dimusnahkan (2 Ptr. 2:4-6; 3:7; Yud. 6, 7). Semua episode ini dicampur dengan kesan penyelesaian yang berkepanjangan. Meskipun Alkitab berbicara banyak mengenai rahmat dan kasih karunia Allah, keadilan Allah juga memainkan peran penting dalam kehancuran akhir dosa.
Dosa-dosa apakah yang mengakibatkan hukuman yang berat seperti itu? Itu termasuk memasukkan pengajaran sesat yang membinasakan; menghina pemerintahan Allah; hamba-hamba kebinasaan [menjadi hamba dari apa saja yang menguasai mereka]; menyalahgunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu mereka; menyangkal Yesus Kristus sebagai satu-satunya Penguasa dan Tuhan; mencemarkan tubuh mereka sendiri; kata-kata yang congkak dan hampa; dan pemfitnah (2 Ptr. 2:1, 10, 19; Yud. 4; Yud. 8; 2 Ptr. 2:18; Yud. 10).
Yang menarik, uraian ini tidak termasuk tindakan kekerasan dan kekejaman orang jahat lainnya yang sering menyakiti kita. Sebaliknya, mereka menggambarkan dosa-dosa yang lebih halus yang memiliki satu kesamaan. Itulah dosadosa yang seringkali dimaafkan dalam komunitas gereja itu sendiri. Fakta ini haruslah menyadarkan kita akan kebutuhan besar untuk pertobatan yang tulus dan reformasi di dalam gereja.
Bacalah 2 Petrus 2:12 dan Yudas 10. Di sini Petrus dan Yudas menjelaskan bahwa mereka yang sedang menghadapi kehancuran sedang turun menjadi “hewan” (2 Ptr. 2:12) atau “binatang” (Yudas 10) yang tidak berakal hanya mengikuti nalurinya. Bagaimanakah uraian itu dibandingkan dengan bagaimana rencana Allah yang mula-mula menciptakan manusia, dan bagaimanakah Anda dapat mencegah terjadinya hal tersebut dalam hidup Anda?

RENUNGAN PAGI

Rabu, 07  Juni  2017
Mau Dan Mampu
“Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel keluar dari  Mesir” (Keluaran 3:10).
Pada semak yang terbakar Allah menangkap perhatian Musa dan menguraikan misinya, dan ketika ia keberatan. Dia menyakinkannya berulang kali akan hadirat dan kuasa-Nya.
Yesus, Musa  yang  lebih baik, tidak membutuhkan dorongan atau desakan tersebut. Dia menyerahkan diri-Nya untuk menjadi penebus kita. Kenyataan tentang  adanya keturunan yang terkutuk adalah motivasi yang cukup. Roma 5:7, 8 menilai pengorbanan-Nya dengan pujian yang bercahaya, menyatakan:  “Sebab  tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
Musa menolak keras pemikiran untuk hadir kembali di Mesir. Di sisi lain, Yesus, Allah yang Mahakasih, yang sebelum dasar dunia diletakkan telah berjanji menyerahkan Diri-Nya sebagai Penebus kita, menegaskan kembali komitmen itu segera setelah pelanggaran oarngtua kita yang pertama. Peristiwa penting ini bahkan dicatat oleh inspirasi: “Begitu ada dosa, ada Juruselamat” (The Seventh- day Adventist Bible Commentary, Ellen G. White Comments, jld. 1, hlm. 1084).
Malaikat suci akan segera senang hati mengambil tempat-Nya. Tetapi karena hanya Dia yang setara dengan hukum  yang bisa membayar hingga pelanggaran hukum dan dengan demikian membebaskan kita dari belenggu kematian, hanya Dia yang memberi hukum itu sendiri yang mampu. Hanya usaha penebusan-Nya yang akan diterima oleh Bapa dan secara efeltif dipahami oleh alam semesta.
Hal bukan karena Yesus hanya memiliki kapasitas sepenuhnya tetapi juga bersedia dengan penuh kasih agar kita diselamatkan. Musa dibuat mampu dalam kesendirian dan dibuat bersedia dengan bujukan. Yesus didapati mampu di tengah pujian kemuliaan yang nyaring dan dibuat bersedia, bukan dengan desakan, tetapi dengan kesadaran akan kebutuhan kita.

Dia masih mau dan mampu – mau mengampuni kita dan mampu, oleh Roh Kudus untuk menguasai kita. Dan, lebih jauh lagi, Ia sungguh mampu memelihara dalam kedamaian yang sempurna mereka yang pikirannya tinggal di dalam Dia (Yes 26:3). Dan untuk menjauhkan kita “dari tersandung” (Yud. 24) sementara kita berjalan melalui padang gurun dosa menuju Kanaan perjanjian.

Selasa, 06 Juni 2017

RENUNGAN PAGI

Renungan Pagi
 Selasa,  6  Juni  2017
Berdiri Di Tanah Yang Suci
“Lalu Ia berfirman: ‘Janganlah datang dekat –dekat: tanggalkanlah kasutmu dari  kakimu, sebab tempat di mana engkau berdiri itu adalah tanah yang kudus.’ Lagi Ia berfirman: ‘Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.’ Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah”
(Keluaran 3:5, 6).
Pada saat panggilan resminya untuk melayani, Musa diperintahkan untuk meninggalkan kasutnya di hadapan Tuhan. Pendidikannya di Mesir memberi dia keunggulan yang besar; dia adalah , penyair, sejahrawan, filsuf, legislator ,  dan ahli strategi militer, seorang pria yang bermartabat dan mulia. Tetapi sekarang , di semak yang terbakar, ia berhadapan dengan Seorang yang lebih besar daripada dia, dan di hadapan-Nya dia diperintahkan untuk menunjukkan kepatuhan dan rasa hormat.
Kekuasaan tidak lagi memerintah kita; kita tidak lagi tunduk hormat dihadapan raja dan kekuasaan. Hubungan subjek yang berdaulat, berhasil ditantang dan diberhentikan oleh Revolusi Prancis, sebagaimana besar merupakan konsep yang pudar dari sejarah.  Kita memilih pemimpin kita yang menjabat, dan ketika kita memilih, kita mengusulkan mereka. Kita bahkan bisa menuntut atau ketika kita memilih, kita mengusulkan mereka.  Sebagian besar negara-negara yang mempetahankan cirri pemerintahan yang berhubungan  dengan kerajaan melihat mereka lebih  sekedar hubungan nostalgia kepada masa lalu daripada otoritas yang relevan sekarang ini.
Semua hal ini membuat sulit bagi orang modern untuk berpikir jika dari mereka merupakan milik atau dikendalikan oleh makhluk superior. Namun tidak ada cara yang lebih jelas untuk mengekspresikan hubungan  “pencipta-penciptaan.” Dia adalah penguasa alam semesta – Dia adalah Allah, raja kita. Dialah saat ini saat ini yang berdaulat dan memiliki otorita tertinggi atas  kita seperti  ketika Musa berdiri dengan kaki telanjang di hadapan semak yang terbakar.
Dan bagaimana cara terbaik, tanpa contoh subjek kedaulatan kontemporer untuk memberi informasi kepada presepsi kita, apakah kita cukup berhasil dan mempertahankan citra ini? Kita melakukannya dengan mempelajari Firman Allah dengannya kita mendapat  pengaruh lagi dan lagi: “Penguasa hamba,” “tuan-budak,” dan “raja-penduduk” hubungan yang Tuhan pertahankan dengan semua makhluk di dunia-Nya. Tetapi yang paling memberi dampak, adalah ketika kita dipengaruhi oleh pengorbanan-Nya yang tak terkatakan, yang telah mati untuk menyelamatkan dunia kita yang hilang.

Ketika tindakan yang penuh kasih itu menangkap hari kita, kita akan dengan cepat melepaskan sepatu usaha kita itu dan menerima dari Dia petunjuk dan hikmat dan kuasa, dan dengan rendah hati mendengar dan mengikuti keinginan-Nya bagi hidup kita.

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Selasa, 6 Juni 2017
Anjing Kembali Lagi ke Muntahnya
Bacalah 2 Petrus 2:17-22 dan Matius 12:43-45.Apa sajakah bahayanya ketika seorang yang telah menjadi Kristen kembali ke gaya hidupnya yang dahulu?
Petrus sangat prihatin khususnya tentang nasib mereka yang dijerat guruguru palsu terpikat untuk kembali kepada dosa-dosa mereka sebelumnya (2 Ptr. 2:18). Guru-guru palsu menjanjikan kemerdekaan, tetapi sebagaimana yang Petrus tunjukkan, kemerdekaan yang mereka janjikan berbeda secara radikal dengan sifat kemerdekaan yang Yesus janjikan kepada mereka yang mengikuti-Nya. 

Lihatlah pada peringatan keras yang Petrus berikan. Adalah lebih baik jika mereka tidak pernah “mengenal Jalan Kebenaran” (2 Ptr. 2:21) daripada mengenalnya tetapi kemudian berbalik kembali kepada cara hidupnya yang lama.
Tentu saja, hal ini tidak berarti bahwa keadaan mereka tidak ada harapan. Kita semua mengetahui kisah mereka yang telah berpaling dari Tuhan dan kemudian berbalik kembali. Dan kita tahu bahwa Tuhan sangat senang ketika mereka kembali, dan bersukacita membawa mereka kembali. (Lihat Lukas 15:11-32). Hanya saja, ini berarti bahwa berpaling adalah arah perjalanan yang sangat berbahaya untuk diambil, atau itu juga bukan suatu hal yang menyenangkan. Anjing kembali lagi ke muntahnya adalah cara menggambarkan yang kasar dan keras, tetapi Petrus menyampaikan maksudnya dengan gambaran itu.
Mungkin gema dari kata-kata Yesus dalam 2 Petrus 2:20 itu disengaja (lihat Mat. 12:45; Luk. 11:26). Yesus menceritakan perumpamaan mengenai seorang pria yang telah dibebaskan dari roh jahat. Roh itu mengembara dengan tidak mendapat tempat baginya sendiri, dan kemudian kembali untuk melihat “rumah yang telah kutinggalkan itu” (Mat. 12:44). Dia datang dan mendapati rumah itu kosong dan rapi teratur. Dia kemudian kembali masuk, dan membawa bersamanya beberapa roh yang lain yang lebih jahat dari dirinya sendiri. Seperti yang Yesus katakan: “Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula” (Mat. 12:45). Bahaya yang Yesus gambarkan dan Petrus jelaskan adalah nyata. Orang yang baru menjadi percaya perlu memastikan bahwa hal-hal dari Roh menggantikan hal-hal yang pernah mendominasi hidupnya. Jika keterlibatannya dalam gereja dan kesaksiannya akan imannya yang baru tidak menggantikan kegiatan sekulernya sebelumnya, maka akan mudah sekali bagi orang itu kembali ke jalannya yang lama.
Dengan cara apakah kita sebagai keluarga jemaat dapat memelihara dan memuridkan semua anggota kita dengan cara yang lebih baik, khususnya bagi mereka yang baru?

Senin, 05 Juni 2017

PELAJARAN ALKITAB

pelajaran 3 – kasih allah

 

ALLAH ALKITAB PERCAYA KEPADA KEBEBASAN TERTINGGI

Mengulangi:  Pelajaran sebelumnya kita telah belajar bahwa Alkitab tidak bisa ‘dibohongi'. Nubuatan mencatat ratusan tahun sebelum sebuah peristiwa terjadi dan kemudian digenapi dengan luar biasa.
PENDAHULUAN:  Hari ini kita akan melihat siapa Allah sebenarnya dan pertunjunjukkan nilai kebebasan Allah sebagai bagian dari kasih-Nya.
KA-1      Allah yang Kekal. Mazmur 90:2
KA-2      Allah yang Berkuasa. Dan 2:20-21
KA-3      Hanya Dialah yang bisa melihat masa depan dan menyingkapkannya. Yesaya 45:21
KA-4      Pencipta. Mazmur 33:6, 9 & Kejadian 1:1
KA-5      Mengasihi Kita. 1 Yohanes 4:8
KA-6      Menarik kita dengan kasih. Jer 31:3
KA-7      Jadi dari mana penderitaan, dosa, dan kejahatan berasal? Matius 13:24-28 Musuh yang melakukannya.
KA-8      Siapakah musuh itu dan dari mana dia berasal? Yeh 28:12-17 Lucifer sempurna tetapi dia bebas memilih pandangannya sendiri terhadap Allah.
KA-9      Lucifer ingin meninggihkan tahktanya mengatasi Allah. Yes 14:12-14
KA-10    Perang terjadi disorga oleh karena jalannya tidak selaras dengan kasih dimana penyangkalan diri tidak ditinggikan. Rev 12:7-9
KA-11    Lucifer atau Setan dilemparkan keluar dari sorga. Luk 10:18 Allah memberikan setan waktu untuk menunjukkan betapa jahat pemikirannya. Mereka kelihatannya kecil, tidak berbahaya tetapi sekarang kita melihat buah-buah dari pemikirannya. Hasil-hasil dari dosa.
KA-12    Setan menuntun Adam dan Hawa kedalam dosa. Kej 1:27-31 & Kej 3:1-7
KA-13    Dosa merubah keadaan alamiah kita dan kebebasan kita untuk hanya melakukan kasih, kebaikan, dan kemurnian. Yer 17:9; Rom 5:12: 6:16; 2 Tim 2:26
KA-14    Yesus menebus kegagalan Adam. Rom 5:17-19
KA-15    Setan akan secepatnya dihancurkan ketika setiap orang telah memiliki kesempatan untuk memilih dan membuktikan kasih Allah termasuk kebebasan, keadilan, dan satu-satunya sumber kedamaian dan kebahagiaan. Ez 28:17, 18; Yosua 24:15; Yoh 8:24

Allah kita menghargai kebebasan dan sangat mengasihi kita, Dia mengirimkan Anak-Nya untuk mati bagi dosa-dosa kita untuk mengembalikan kebebasan kita yang hilang melalui Adam. Kebebasan dari dosa, kebebasan untuk memilih yang baik dari yang salah, dan bahkan memilih yang salah dari yang benar.
SEKILAS:  Pelajaran Selanjutnya kita akan melihat kepada Kristus Sang Mesias dan Dia yang ditinggikan.


PELAJARAN ALKITAB

PELAJARAN ALKITAB 2

 

MEMBUKTIKAN BAHWA ALKITAB BENAR

MENGULANGI:  Pelajaran Sebelumnya, kita belajar bahwa Alkitab diinspirasikan Allah dan mereka menunjukkan rencana keselamatan melalui Yesus Kristus.
PENDAHULUAN:  Hari ini kita akan membuktikan bahwa Alkitab benar dan bisa dipercaya.
D2-1      Tuntunan apa yang bisa didapatkan dari belajar Alkitab?  Mazmur 119:105
                  1.     Firman Allah akan menerangi jalan orang Kristen.
D2-2           Apa yang diberikan Allah kepada kita yang akan menuntun perjalanan kehidupan kita.  II Petrus 1:19
                  1.     Kita akan diteguhkan oleh perkataan nubuatan para nabi.
                  2.     Nubuatan adalah terang dalam tempat yang gelap.
                  3.     Itu membantu menerangi pemahaman kita.
D2-3            Bagaimana Allah mengkomunikasikan rahasianya kepada umat manusia?  Amos 3:7
                  1.     Allah menyingkapkan rahasia-rahasianya kepada hamba-hamba-Nya para nabi.
D2-4            Buku manakah yang Yesus katakan kepada pengikut-Nya untuk dibaca dan dipahami?  Matius 24:15
                  1.     Yesus mengatakan bahwa penting untuk membaca dan memahami kitab Daniel.
D2-5            Apa yang menarik dari kitab ini?  Daniel 2:28
                  1.     Karena Daniel menjelaskan tentang zaman akhir – waktu sebelum akhir zaman.
D2-6            Mari kita melihat lebih dekat kepada sejarah.  Daniel 2:3-5, 31-35, 36-45.
                  1.     Raja Nebukadnezar tidak bisa mengingat mimpinya.
                  2.     Daniel memberitahukan mimpi itu.  Sebuah patung dengan kepala dari emas, dada dan lengan dari perak; perut dan pinggang dari tembaga; kaki dari besi; jari-jari kaki, sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat.
                  3.   Daniel menafsirkan mimpi itu:
                        a)    Babylon adalah kepala dari emas (vs 38) penguasa dunia dari tahun 605‑539 S.M.
                        b)    Babylon diikuti oleh tiga kerajaan dunia; tidak sekuat Babylon:
                                Medo Persia dari tahun 539-331 S.M;
                                Grika/Yunani dari tahun 331-168 S.M.;
                                Roma dari tahun 168 S.M. - 476 M.;
                        c)     Sejak 476 M., Roma terbagi menjadi beberapa kerajaan yang kuat sebagian dan rapuh sebagian.
                  4.     Nubuatan ini mengajarkan kepada kita bahwa akan ada empat kerajaan besar.  Dan ada kerajaan yang terbagi kuat sebagian dan rapuh sebagian.  Kemudian Allah akan mendirikan kerajaan-Nya, yang akan berdiri selamanya.
D2-7            Kapan nubuatan ini mencapai kegenapannya?  Matius 25:31
                  1.     Nubuatan ini digenapi ketika Kristus datang pada kali yang kedua.
D2-8            Siapa yang akan masuk dalam kerajaan Allah?  Matius 7:21
                  1.     Bukan setiap orang yang mengaku Kristen akan diselamatkan.
                  2.     Hanya mereka yang menuruti Allah yang akan masuk dalam Kerajaan-Nya.
Sebagaimana pastinya keempat kerajaan ini datang dan berlalu; kerajaan yang keempat ini dibagi menjadi beberapa kerajaan, yang lain kuat dan yang lain lemah; Kita bisa pastikan bahwa Kerajaan kekal Allah juga pasti akan didirikan. Saya rindu menjadi bagian dari Kerajaan itu, bagimana dengan anda?
SEKILAS:  Kita akan melihat lebih banyak lagi keajaiban dari nubuatan pada pelajaran-pelajaran selanjutnya untuk membuktikan kebenaran dan keabsahan Alkitab.  TETAPI Pelajaran berikutnya kita akan melihat kepada seperti apakah Allah itu. Hollywood menggambarkan kekuatan sebagai suatu bentuk dari kejahatan dan kebebasan PADA SEMUA HAL merupakan tema biasa dalam banyak film action. Apakah Allah yang dinyatakan oleh Alkitab memberikan kebebasan?



RENUNGAN PAGI

Renungan Pagi
 Senin, 05  Juni  2017
 
Solusi Yang Lebih Baik
 
“Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya utuk melihat kerja paksa mereka, lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. Ia menoleh ke sana dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnyalah orang Mesir itu dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir” (Keluaran 2: 11, 12).
 
Tindakan Musa membunuh dan dengan buru-buru mengubur korbannya merupakan kekejian bagi orang Mesir. Dia tidak hanya mengambil nyawa orang lain, tetapi juga tubuhnya dikubur tanpa dibalsem. Karena agama Mesir mengajarkan bahwa mereka yang tubuhnya benar-benar dipersiapkan untuk penguburan yang layak untuk kehidupan di masa yang akan datang, perbuatan Musa adalah perbuatan keji ganda. Dia tidak hanya mengambil kehidupan, ia juga membatalkan semua pengharapan korbannya akan kehidupan setelah kematian.
 
Tetapi sehubungan dengan Yesus, Musa kita yang lebih baik. Dialah korbannya, bukan pelaku kejahatan. Dia tidak menghancurkan kehidupan; Dia menyelamatkan kehidupan. Dia tidak menghapus harapan keabadian; Dia mengembalikannya oleh membangkitkan orang mati, oleh membangkitkan dirinya sendiri, dan dengan berjanji akan kembali lagi untuk penuaian besar atas orang-orang kudus yang masih tertidur.
 
Tubuh Kristus beristirahat di makam tanpa dibalsem, tetapi bagaimanapun dihidupkan kembali, hidup kembali dengan kekuatan yang diam di dalam diri-Nya. Musa menunjukkan kekuatan atas kehidupan fisik dengan mengambil kehidupan yang lain. Yesus menunjukkan kekuasaan atas kehidupan dan kematian dengan menghidupkan Diri-Nya sendiri.
 
Teknik pembalseman Mesir kuno masih menjadi misteri bagi ilmu pengetahuan. Bahkan pengetahuan kita masih belum memungkinkan kita untuk meniru proses tersebut. Kekeliruan teori bangsa Mesir tentang kehidupan setelah kematian, seperti halnya semua agama lain semuanya diungkapkan oleh peristiwa di Golgota. Kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus membuktikan bahwa: (a) “yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tidak tahu apa-apa” (Pkh. 9 :5); dan (c) kebangkitan baik orang benar maupun orang fasik akan diikuti oleh pemberian upah: orang benar menuju kehidupan abadi (1 Tes. 4:14 – 18) dan orang fasik untuk kebinasaan kekal (Mat. 25: 31-41).
 
Pembebasan bangsa Israel kuno dapat mengambil kehidupan, tetapi tidak bisa mengembalikannya. Penyelamat jiwa kita menyerahkan nyawa-Nya dan mengambilnya kembali agar kita bisa hidup selamanya. Dan dengan ini, dan karena begitu banyak sarana lain, Dia adalah Musa kita yang lebih baik.

RENUNGAN PAGI

Renungan Pagi
Minggu, 4 Juni 2017
 
 
Memilih untuk Menderita
 
“Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa”
(Ibrani 11:24,25).
 
Putri Firaun, seperti yang diharapkan memberikan kepadanya status yang tingi, melihat hal itu maka anak angkatnya akan menerima setiap keuntungan yang terbesar dan terkuat yang Mesir bisa berikan.  Sekarang, dipisahkan dari tangan yang dapat dipercaya yaitu ibunya, ia dengan cepat berubah menjadi bangsawan; anak dari putri Firaun “yang dididik dalam semua hikmat orang Mesir”; dididik dalam pendidikan agama, filsafat dan militer tertinggi Mesir, ia menjadi, seperti yang kemudian di amati oleh Stefanus, “berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya” (Kis. 7:22).
 
Tetapi, saat ia berjalan di tengah kebesaran dan kemegahan istana, kesetiaan yang sejati terbentang untuk kerabat yang tertindas – dia mengamati bangsa Ibrani mengalami banyak penderitaan setiap hari.  Ketika ia “bertambah dewasa”, pilihannya semakin jelas.  Dia memilih untuk menderita bersama budak yang kurang beruntung daripada memerintah dan bersantai di antara masyarakat kalangan atas, bangsa terkuat di bumi.
 
Yesus, Musa kita yang lebih baik, membuat pilihan yang sama ketika Dia meletakkan jubah kemuliaanNya dan dating untuk menderita dengan kita, manusia yang hilang.  Dia tidak hanya direndahkan, tetapi juga ditahan sementara di sini, status yang begitu rendah sehingga Dia pernah dengan sedih mengaku : “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Mat. 8:20).
 
Tanggapan-Nya terhadap pencobaan terakhir dari tiga pencobaan di padang gurun menyatakan hal itu dengan baik.  Ketiak ditawarkan kerajaan di dunia sebagai hadiah yang berkilauan atas pengakuan terhadap kek8uasaan Lucifer (kekuasaan yang Dia, Sang Pencipta telah memperolehnya), Dia menolak, dengan memilih terus melanjutkan jalan kayu salib yang menyakitkan daripada menyerah kepada kemudahan (Mat. 4:8-11).  Dia memilih untuk menderita sebagai korban daripada menikmati kemudahan, penolakan daripada tepuk tangan, dan kematian yang terhormat daripada meningggalkan misi-Nya.
 

Musa meninggalkan semuanya ! Uang, kehormatan, pengakuan, dan hamba – semua hiasan kekuasaan yang hati manusia begitu dambakan.  Tetapi Yesus meninggalkan lebih daripada itu—lebih besar daripada tingginya langit dengan bumi.  Inilah sebabnya mengapa pengorbanan-Nya jauh lebih besar, seperti hal-nya sinar matahari yang berseri-seri dan cahaya yang berkelip-kelip dari Musa yang bahkan sangat perkasa itu.
 

PELAJARAN SEKOLAH SABAT TRIWULAN II 2017

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Sabtu, 3 Juni 2017
GURU-GURU PALSU
SABAT PETANG Untuk Pelajaran Pekan Ini, Bacalah: 2 Ptr. 2:1-22; Yoh. 8:34-36; Mat. 12:43-45; Yudas 4-19; Kej. 18:16-33.
Ayat Hafalan: “Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu” (2 Petrus 2:19).
Dalam suratnya yang pertama, Petrus, dengan perhatian penggembalaannya yang besar, berusaha untuk mendorong pembacanya sehubungan dengan bahaya penganiayaan. Meskipun kita tidak tahu persis bentuk penganiayaan yang seperti apa yang secara khusus sedang dibicarakan, kita tahu bahwa gereja akan menghadapi cobaan yang mengerikan sebagaimana yang telah diusahakan oleh Kekaisaran Romawi kafir untuk memadamkan pergerakan yang berkembang dari mereka yang disebut “Orang Kristen.” Tetapi Setan meluncurkan serangan bermata dua. Benar sekali, penganiayaan dari luar—yakni, penganiayaan dan kekerasan—menjadi alat yang ampuh.
Tetapi gereja menghadapi ancaman lain, salah satu yang bahkan mungkin lebih berbahaya daripada penganiayaan dari luar. Dan itu adalah ancaman dari dalam. Sama seperti bangsa Yahudi di masa lalu harus menghadapi nabi-nabi palsu, pengikut Yesus di zaman Petrus harus menghadapi guru-guru palsu yang akan “memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan” (2 Ptr. 2:1) ke dalam gereja itu sendiri. Dan, bahkan lebih buruk, Petrus memperingatkan bahwa banyak orang yang akan mengikuti “cara hidup yang merusak” (2 Ptr. 2:2, NKJV).
Ajaran sesat apa sajakah yang Petrus peringatkan di sini? Bagaimanakah Petrus menentang mereka, dan karena kita juga menghadapi ancaman dari dalam, pelajaran apakah yang dapat diambil dari peringatannya bagi kita sendiri sekarang ini?
*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 10 Juni. 

Minggu, 04 Juni 2017

PELAJARAN SEKOLAH SABAT TRIWULAN II 2017

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Senin, 5 Juni 2017
Kemerdekaan di dalam Kristus?
“Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan” (2 Ptr. 2:18). Tentang apakah yang Petrus peringatkan dalam ayat ini? Apakah yang dikatakannya dalam 2 Petrus 2:19 yang menolong menjelaskan kekhawatirannya? Apakah pentingnya kata “kemerdekaan” atau “kebebasan”(NKJV) di ayat 19?
Dalam bahasa yang paling keras, Petrus memberikan kepada pembacanya peringatan terhadap bahaya guru-guru palsu. Dalam 2 Petrus 2:18-21 dia memperingatkan bahwa guru-guru palsu ini, sementara menjanjikan kebebasan dan kemerdekaan, sebenarnya akan menuntun mereka kepada perhambaan.
Betapa suatu penyimpangan yang sempurna dari Injil! Kebebasan di dalam Kristus harus berarti kebebasan dari perhambaan dosa (Rm. 6:4-6). Setiap konsep kebebasan di dalam Kristus yang meninggalkan seseorang dalam belenggu dosa adalah jenis penyesatan yang Petrus peringatkan. Meskipun para pakar berdebat soal apa sebenarnya ajaran sesat yang dihadapinya di sini, hal itu jelas terkait dengan seluruh masalah dosa dan orang yang menjadi hamba baginya.
Bacalah Yohanes 8:34-36. Bagaimanakah perkataan Kristus di sini menolong kita untuk memahami apa yang Petrus katakan?
Apa pun yang guru-guru palsu ini sampaikan, mereka sedang menuntun kor bannya-mereka yang baru saja menemukan Tuhan Yesus—kembali ke jalan hidup mereka yang lama. Sangat mudah memikirkan jenis Injil kasih karunia murahan yang meremehkan kebutuhan untuk kemurnian dan kesucian, sesuatu yang menyebabkan mereka terperangkap lagi dalam “kebinasaan” (2 Ptr. 2:19) dunia yang sangat buruk yang mereka baru saja tinggalkan. Tidak heran Petrus berbicara begitu tajam dan sangat keras melawan ajaran ini dan memperingatkan tentang apa akibatnya mengikuti mereka jadinya.
Apakah yang Anda pahami mengenai kemerdekaan di dalam Kristus itu seharusnya? Dari apakah Kristus telah memerdekakan Anda? 
Tuhan memberkati.

PELAJARAN SEKOLAH SABAT TRIWULAN II 2017

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Minggu, 4 Juni 2017
Nabi-nabi dan Guru-guru Palsu
Terkadang dengan mudah membanggakan gereja yang mula-mula, membayangkannya sebagai suatu masa yang penuh kedamaian dan harmonis di antara umat mula-mula yang percaya Yesus.
Pendapat itu adalah sesuatu yang keliru. Dari zaman Yesus pun gereja telah menghadapi pergumulan, seringkali dari dalam (pikirkan mengenai Yudas). Sebagaimana ditunjukkan oleh surat-surat Perjanjian Baru, banyak masalahnya datang dari ajaran-ajaran sesat di antara mereka. Gereja mula-mula bergumul bukan hanya dengan penganiayaan dari luar tetapi juga masalah dari dalam. Dalam suratnya ini Petrus berhadapan dengan beberapa tantangan internal itu. Apakah itu? “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengahtengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. Dan karena serakahnya guruguru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan cerita-cerita isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda” (2 Ptr. 2:1-3). Tidak terdengar seperti masa yang penuh damai dan kerukunan internal di antara mereka, bukan?
Bacalah 2 Petrus 2:1-3, 10-22. Tentang apakah yang Petrus peringatkan di sini? Sebutkan beberapa hal yang salah yang sedang digalakkan di dalam gereja? 
Dua Petrus 2:1 kemungkinan besar mengungkapkan alasan Tuhan memberikan inspirasi kepada Petrus untuk menuliskan suratnya. Dia memperingatkan mereka bahwa sebagaimana nabi-nabi palsu telah ada dahulu, akan ada guruguru palsu di masa yang akan datang. Petrus menguraikan seluruhnya rangkaian serangan terhadap guru-guru ini, segala sesuatu dari “pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan” (2 Ptr. 2:1) yang menuntun mereka yang tidak waspada kepada perhambaan kebinasaan (2 Ptr. 2:19) dan sejumlah kesalahan lainnya juga. Dari apa yang ditulisnya, kita dapat melihat bahwa ajaran ini sangatlah berbahaya, yang menjelaskan mengapa dia bereaksi sebegitu keras terhadap mereka. Tidak ada dalam benak Petrus bahwa doktrin itu tidak penting.
Lihatlah betapa keras Petrus melawan ajaran-ajaran sesat ini. Apakah yang hal ini katakan kepada kita tentang betapa pentingnya kebenaran itu? Bagaimanakah kita dapat melindungi diri kita terhadap setiap dan semua upaya yang membawa doktrin sesat ke dalam gereja?

BACAAN ALKITAB HARIAN

FOLLOW THE BIBLE

Yohanes 14:1-31 Rumah Bapa YOH 14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percaya juga kepada-Ku. YOH 14:2 Di rumah Bapa-...

LAGU FAVORIT