Sabtu, 21 Mei 2016

PELAJARAN 9, 21 – 27 MEI 2016

BERHALA JIWA (DAN PELAJARAN LAIN DARI YESUS)

SABAT PETANG
BACALAH UNTUK PELAJARAN PEKAN INI:  PENGKHOTBAH 9:10; MATIUS 18:1-4; MATIUS 18:21-35; MATIUS 19:16-30; GALATIA 3:21, 22; MATIUS 19:27.

Ayat Hafalan: “Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan betanya: ‘Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?’  (Matius 19:27)
                
                Sebagai manusia, kita adalah produk lingkungan kita, dari kebudayaan kita.  Ini semua sangat membentuk nilai-nilai, keyakinan, dan sikap kita.  Apakah Anda dibesarkan di daerah kota metropolitan yang besar atau kampong yang tidak memiliki air bersih, tidak membuat perbedaan: Kebudayaan, lingkungan dimana Anda dibesarkan sangatlah berpengaruh terhadap keberadaan Anda.  Dan meskipun Anda dapat berpindah ke lingkungan yang baru, lingkungan dimana Anda telah dibesarkan akan membekas pada diri Anda sampai mati.
                Celakanya, sampai taraf tertentu, kebanyakan dari lingkungan dan kebudayaan kita berjalan bertentangan dengan prinsip-prinsip kerajaan Allah.  Bagaimanapun, dunia ini adalah dunia yang telah jatuh, dan nilai-nilai, moral dan kebiasaannya seringkali mencerminkan keadaan yang telah jatuh itu.  Apa lagikah yang dapat dicerminkannya?  Sudah sangat sulit bagi kita untuk melihatnya karena kita telah tenggelam dalam kebudayaan dan lingkungan kita.
Pekerjaan Allah di dalam hati kita, diantaranya, untuk menunjukkan kita kepada nilai-nilai, moral, dan standar kerajaan Allah.  Sebagaimana yang kita akan lihat pekan ini, nilai-nilai, moral, dan standar itu seringkali sangat berbeda dengan ang dimana kita dilahirkan dan dibesarkan.  Murid-murid harus mempelajari pelajaran ini; kita juga demikian.

*Pelajarilah pelajaran pekan ini sebagai persiapan untuk Sabat, 28 Mei 2016 

RENUNGAN PAGI "PANDANGLAH PADA YESUS" Sabtu, 21 Mei 2016

HARGA PEMURIDAN

"Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? (Lukas 14:25-28)

Yesus tidak kekurangan murid.  Memperoleh pengikut rupanya salah satu hal paling mudah untuk Dia lakukan.  Dia dapat menyembuhkan, secara ajaib memberi makan mereka jika memerlukan, dan gudang kisah-kisah-Nya hebat.  Bagaimanapun, Yesus Penghibur yang asyik.
Banyak dari mereka yang mengikuti Dia sedikitpun tidak mengerti arti semua itu.  Akibatnya, Yesus berhenti, berbalik kepada orang banyak, dan memberikan kepada mereka kenyataan-kenyataan tegas tentang pemuridan yang benar.  Itu berarti "membenci" keluarga Anda, bahkan nyawa Anda, kehidupan Anda sendiri.
Disini Yesus berbicara dengan gaya "berlebihan" untuk memperoleh perhatian mereka.  Maksud yang Dia coba sampaikan adalah tidak ada sesuatu pun di dunia ini dapat didahulukan ketimbang Allah didalam kehidupan kita - tiada kasih dalam hidup ini (bahkan kasih terhadap diri kita sendiri) dapat dibandingkan dengan kasih kita kepada-Nya.  Menjadi pengikut Yesus berarti bersedia meninggalkan segala sesuatu demi Dia, bahkan hidup kita sendiri.
Tida diragukan lagi, Yesus menangkap perhatian mereka dengan pernyataan-pernyataan yang tanpa tedeng aling-aling itu tentang membenci keluarga dan hidup mereka.  Dan sekarang, setelah Dia memperoleh perhatian mereka, Dia menegaskan kenyataan bahwa mengikuti Dia bukanlah suatu pilihan sepintas lalu.
Dengan demikian, maka selanjutnya Yesus mengajarkan harga pemuridan yang diakhiri dalam Lukas 14:33 dengan ucapan:  "Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku."
Menghitung harga itu krusial bagi calon-calon murid.  Itu penting bagi kita.  Dan berapakah harganya?  Bukan semata-mata persepuluhan (10 persen dari pendapatan saya) dan persembahan.  Maksudnya adalah membiarkan Dia menjadi Tuhan atas semua uang kita.  Itu juga bukan berarti sepertujuh dari waktu saya dalam seminggu yaitu Hari Sabat saat saya beribadah pada-Nya.  Tidak!  Itu artinya membiarkan Dia menjadi Tuhan bagi seluruh waktu kita.
Jadi berapakah harga mengikuti Yesus?  Tidak kurang dari jumlah dedikasi, pengabdian seluruh keberadaan kita dan segala yang kita miliki bagi kerajaan dan kemuliaan-Nya.
Tolonglah saya hari ini, Tuhan yang baik, bukan saja untuk menghitung harga, tetapi bersedia untuk membayarnya. 

Kamis, 19 Mei 2016

Sekolah Sabat Dewasa, Jumat, 20 Mei 2016

PENDALAMAN:  Kisah mengenai bagaimana Yesus menyuruh Petrus mengambil uang, berjumlah tepat yang dibutuhkan, dari ikan pertama yang Petrus tangkap adalah luar biasa, begitu luar biasanya sehingga beberapa pakar telah berusaha membantah hal itu.  Itu hanya sebuah "potongan cerita rakyat," sebuah cerita lucu untuk menjelaskan sesuatu, tidak lebih.  Tentunya, yang demikian bukanlah suatu penyelesaian yang tepat (sebenarnya itu tidak menyelesaikan masalah).  Tentu saja, berbeda dengan jenis mujizat lainnya - misalnya, menyembuhkan orang sakit, membukakan mata orang buta, membangkitkan orang mati, memberi makan orang yang lapar - yang satu ini sifatnya berbeda sama sekali.  Di dalam Alkitab juga, kita memiliki kisah mata kapak yang mengapung (2 Raja-raja 6:2-7) dan guntingan bulu domba yang basah diatas tanah yang kering dan guntingan bulu domba yang kering di atas tanah yang basah (Hakim-hakim 6:36-40); jadi, sifatnya juga tidak asing dalam Kitab Suci.  Mengapakah Yesus tidak hanya memberi kepada Petrus uangnya dan mengatakan kepadanya untuk membayarnya daripada melakukan sesuatu perbuatan yang luar biasa untuk menyelesaikan masalah yang relatif kecil?  Tidak ada ayat menyebutkannya.  Namun, sebagai pelajaran ini katakan, hal itu menunjukkan kepada kita kekuatan Tuhan yang luar biasa, yang seharusnya tidak mengejutkan kita.  Bagaimanapun juga, kita melihat bukti kuasa-Nya yang luar biasa setiap saat.  Keberadaan kita, yang sangat jauh lebih kecil darpada alam semesta yang kelihatan, adalah wujud kuasa Allah kita.  Jika Tuhan dapat melakukan hal itu, maka sebuah uang logam dengan jumlah tertentu pada mulut ikan tertentu tidaklah ada apa-apanya.  Walaupun ditulis dalam konteks yang berbeda, tepat sekali maksud dari Paulus:  "O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! (Roma 11:33).  Catatan dalam Kitab Matius sekali lagi hanyalah manifestasi dari kebenaran ini.

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:

  1. Pergumulan Petrus untuk menyerahkan kehendaknya kepada Allah adalah juga pergumulan kita.  Perumpamaan yang baik mengenai pergumulan ini dapat ditemukan dalam Maleakhi 1, dimana Allah meminta orang Yahudi untuk membawa binatang sebagai korban. "Kamu berkata: 'Lihat, alangkah susah payahnya!' dan kamu menyusahkan Aku, firman TUHAN semesta alam.  Kamu membawa binatang yang dirampas, binatang yang timpang dan binatang yang sakit, kamu membawanya sebagai persembahan.  Akan berkenankah Aku menerimanya dari tanganmu?  Firman TUHAN." (Maleakhi 1:13).  Mengapakah Allah memerhatikan jenis korban yang kita bawa kepada-Nya?  Karena Ia mau kita memercayai-Nya dengan apa yang kita paling ingin pegang.  Hal-hal apakah dalam hidupmu yang Anda temukan yang paling Anda sendiri genggam erat-erat?  Bagaimanakah Anda dapat merelakannya kepada TUHAN?
  2. Pikirkanlah mengenai cara Yesus menangani situasi dengan pajak Bait Suci.  Daripada mengeruhkan situasi, Ia membiarkannya berakhir.  Apakah yang hal ini ajarkan kepada kita mengenai konflik sehari-hari yang mungkin kita sendiri hadapi?  Bagaimanakah Anda mengetahui kapan waktunya untuk berbicara dan kapan waktunya untuk berdiam diri?

Renungan Pagi "PANDANGLAH PADA YESUS," Jumat, 20 Mei 2016

KERABUNAN ROHANI

"Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Lukas 12:16-21)

Tidak ada seperti berdialog dengan diri sendiri.  Berita baik dalam pendekatan seperti itu adalah bahwa akhirnya Anda menemukan seseorang yang setuju dengan Anda.  Berita buruknya adalah bahwa "Anda berdua" kemungkinan salah.  Percakapan dengan diri kita sendiri tidak punya tempat untuk diperiksa realitasnya.  Percakapan itu bisa saja berdasarkan kerabunan.
Yesus pemeriksa realitas paling hebat.  Dia adalah optometris dan ophthalmologis paling piawai untuk mengoreksi mata kita agar dapat melihat lebih baik.
Seseorang pernah berkata bahwa uang itu seperti air laut, makin banyak Anda meminumnya, semakin Anda menjadi haus.  Demikian laki-laki yang berbicara pada dirinya sendiri dalam perikop hari ini.  Rupanya, tidak pernah sekalipun dia menyadari bahwa dia dapat berbagi beberapa "harta"-nya kepda orang lain yang kurang beruntung darinya.  Membantu orang lain adalah di luar dunia mentalnya.  Yang sesungguhnya paling penting baginya adalah mengurus dirinya sendiri.  Dan itu berarti mendapatkan lebih lagi dan lebih lagi, dan lebih banyak lagi agar dia dapat membangun gudang yang besar dan makin besar sehingga dia dapat menyimpan lebih banyak dan semakin banyak dan paling banyak.
Dia tidak pernah memandang melampaui dunia ini.  Dan dia membuat semua rencananya sesuai keadaannya. Dalam hal itu, dia manusia "normal."
William Barclay mengisahkan seorang pemuda yang mengobrol dengan seseorang beberapa saat.  "Aku akan mempelajari profesiku,"  kata pemuda itu.  "Setelah itu?" "Saya menjadi kaya." "Kemudian?" "Setelah aku tua dan pensiun maka hidup dari tabunganku?" "Selanjutnya?" "Ya, aku rasa, pada suatu waktu nanti aku akan mati." "Dan kemudian?" Tiba pertanyaan yang keras menonjoknya.  Orang "yang lupa bahwa ada dunia yang lain maka pada hari terakhir akan mendapatkan kejutan paling menyakitkan dari antara segala kejutan yang pahit."
Apa yang Yesus katakan benar, ketika Dia mengemukakan perumpamaan orang kaya yang bodoh itu:  "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari pada kekayaannya itu." (Lukas 12:15).  Ini adalah amaran yang sungguh-sungguh.  Jadi, cobalah mengenakannya hari ini.

BACAAN ALKITAB HARIAN

FOLLOW THE BIBLE

Yohanes 14:1-31 Rumah Bapa YOH 14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percaya juga kepada-Ku. YOH 14:2 Di rumah Bapa-...

LAGU FAVORIT