Sabtu, 24 Juni 2017

RINGKASAN PELAJARAN SEKOLAH SABAT 13

SURAT 1 DAN 2 PETRUS

Dua penekanan utama dalam masing-masing surat.  1 Petrus tentang Penderitaan Yesus untuk keselamatan kita, sedangkan 2 Petrus tentang Penghakiman Allah bagi nabi-nabi palsu.

A. PENDERITAAN YESUS BAGI KESELAMATAN KITA.
·        1 Petrus 1:2, 8-9, 18-19; 3:18.
·        Petrus mengerti bahwa Yesus adalah Juruslamat—Dia tidak bersalah—mati menggantikan kita. Darah-Nya yang mahal menyucikan kita dari dosa dan mengubah kehidupan kita.
·        Kita bisa menerima keselamatan itu hanya oleh iman. Tidak ada yang kita bisa lakukan yang bisa layak menggantikannya apa yang telah dilakukan Yesus. Bagaimanakah sambutan kita terhadap kasih yang begitu besar?
B. BAGAIMANA KITA HIDUP?
·        Motivasi kita untuk menjadi suci. Ketika penghakiman semakin dekat dan orang-orang jahat akan dibinasakan, kita harus mengharapkan kesucian itu (1 Petrus 1:17; 4:7; 2 Petrus 3:11).
·        Mengapa kita harus kudus. Kita harus kudus karena Allah adalah juga kudus, dan Roh Kudus sementara bekerja untuk menguduskan kita (1 Petrus 1:2, 15-16).
·        Hidup sebagai bangsa yang kudus. Petrus menuliskan tentang apa yang harus dan tidak kita lakukan. Dan kita harus melakukan segala sesuatu dalam kerendahan hati dan kasih (1 Petrus 2:1; 3:8-9; 4:7-11; 2 Petrus 1:5-7).
C. PENGHARAPAN PADA KEDATANGAN YESUS YANG KEDUA KALI.
·        Petrus tahu bahwa pendengarnya sedang menderita penganiayaan, sehingga dia menginspirasi mereka agar memandang kedepan dan melihat bahwa mereka akan dibenarkan pada masa yang akan.
— Bapa akan mengadili setiap orang tanpa membeda-bedakan (1 Petrus 1:17).
— Yesus akan menghakimi orang yang hidup dan mati (1 Petrus 4:5).
— Penghakiman dimulai dari rumah Allah sendiri (1 Petrus 4:17).
— Orang Jahat akan dibinasakan (2 Petrus 3:7).
— Mereka yang mengejek kedatangan kedua tidaklah benar (2 Petrus 3:1-7).
— Kedatangan kedua kali ditunda karena Allah ingin umat-umat-Nya bertobat dan diselamatkan (2 Petrus 3:9).
D. ATURAN DALAM MASYARAKAT DAN GEREJA
·        Kekuasaan dunia sudah diatur oleh Allah untuk memperlambat kejahatan. Orang Kristen harus menurut kepada pemerintah dalam segala hal yang tidak bertentangan dengan Hukum Allah. Orang Kristen harus menjadi contoh walaupun terkadang orang-orang menyalahgunakan wewenang. Mereka yang menolak That way, those who want to harm them will have no excuse (1 Peter 2:11-21).
·        Para pemimpin gereja telah diatur oleh Allah untuk memelihara kawanan domba. Mereka harus bertindak dengan rendah hati, untuk memberi makan jemaat dan untuk melatih yang lain untuk menggunakan karunia rohani mereka bagi kemuliaan Allah (1 Petrus 5:1-5).
E. KEUTAMAAN ALKITAB
·        Seperti juga Paulus, Petrus menekankan pentingnya belajar Alkitab sebagai sumber utama dari doktrin dan otoritas moral (2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:19).
·        Ketika kita membaca Alkitab, kita harus berdoa agar Roh Kudus menuntun kita kepada penafsiran yang benar. (2 Petrus 1:20-21).
·        Kita harus membaca Alkitab untuk menemukan kebenaran rohani dan tidak untuk mencocokkan dengan tabiat kita oleh memutarbalikan arti yang sebenarnya (2 Petrus 3:15-16).

·        Tema utama dalam Alkitab adalah Yesus dan Keselamatan yang kita terima oleh kematianNya (1 Petrus 1:10-12).

RENUNGAN PAGI

Sabtu, 24 Juni 2017
Yesus: Penanggung Dosa Kita
 "Lalu pergilah Musa dan imam Eleazar dan semua pemimpin umat itu sampai ke luar tempat perkemahan untuk menyongsong mereka. Maka gusarlah Musa kepada para pemimpin tentara itu, kepada para kepala pasukan seribu dan para kepala pasukan seratus, yang pulang dari peperangan" 
(Bilangan 37:73, 74) 
Musa bukan salah satu dari para pemimpin yang "utamakan selamat" yang keinginannya untuk popularitas meredam keberaniannya. Dia tidak de­mikian, karena begitu banyak pemimpin saat ini, bersalah karena "menghindari risiko:' Dia mengkhotbahkan ketaatan dan memerintahkan kehormatan. Keti­ka bangsa itu berdosa, termasuk prajurit yang tidak taat yang menentang perintah Tuhan karena membiarkan elemen tertentu dari Midian yang mereka tak­lukkan, ia menegur mereka dengan tegas. Rasa hormat Musa yang tinggi terha­dap kebenaran membuat dia memiliki toleransi yang rendah terhadap kesalah­an. Demikian juga dengan, yang ia gambarkan, yang kita sebut Musa yang lebih baik-Yesus Kristus. 
Kebenarannya adalah bahwa Allah kita membenci dosa: Dosa besar, dosa kecil, dosa yang direncanakan, dosa spontan, dosa publik, dosa rahasia, do­sa Sabat, dosa pada hari kerja, dosa kelalaian, dosa yang disengaja. Semua do­sa adalah keji dalam pandangan-Nya dan bertentangan dengan kehendak-Nya. Dia mengasihi orang berdosa, tetapi ia membenci dosa dan telah berjanji untuk membuangnya dari apa dinyatakan murni, alam semesta-Nya yang kudus. 
Apa yang benar-benar mengejutkan, menakjubkan, dan yang tak dapat di­percaya adalah bahwa Dia yang begitu sepenuhnya membenci dosa bersedia menurunkan martabatnya kepada keadaan yang begitu menjijikkan dimana kemanusiaan-Nya yang murni digantikan dengan kesesatan kita yang keji, se­hingga menanggung murka Bapa dan menjamin keselamatan kita. 
Kebencian Musa terhadap dosa dan kasihnya kepada umatnya membuat dia menjadi sukarelawan untuk mati di tempat mereka-tawaran itu Tuhan tolak (Kel. 32:32, 33). Yesus, Musa kita yang lebih baik, juga secara sukarela menye­rahkan hidup-Nya dalam kematian penebusan-tawaran itu diterima Bapa. Ini adalah inti dari kata-kata Yesaya: "Tetapi dia tertikam oleh karena pemberon­takan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang menda­tangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh" (Yes 53:5). 
Kristus datang untuk mati menggantikan kita adalah risiko terbesar, hadi­ah tertinggi, dan tindakan kasih karunia yang paling berani yang tersedia bagi umat manusia. Itu adalah keajaiban zaman, misteri keselamatan dan persoalan, yang orang-orang tebusan akan pelajari dengan kekaguman yang abadi sepan­jang masa kekekalan. 

Jumat, 23 Juni 2017

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Jumat, 23 Juni 2017
Pendalaman - Tema Utama Dalam 1 Dan 2 Petrus
Pendalaman: Di tengah-tengah suratnya yang sarat dengan teologi sekalipun, Petrus memasukkan penekanan yang kuat pada kehidupan Kristiani dan bagaimana kita memperlakukan satu sama lain. Dengan kata lain, benar, kita perlu mengetahui kebenaran di dalam Yesus itu. Namun, yang lebih penting juga, kita perlu menghidupkan kebenaran itu. Di awal, kita telah mendapatkan ucapan yang dalam: “Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu” (1 Ptr. 1:22). Perhatikanlah bagaimana dia menghubungkan penyucian diri dengan ketaatan kepada kebenaran. Kebenaran mengubah kita, membuat kita menjadi manusia yang mencintai satu sama lain dengan sungguh-sungguh dan dengan “segenap hati.” Ketaatan, segenap hati, dan kasih-ketiganya terkait satu sama lain. Untuk tujuan inilah kita harusnya berjuang. Dapatkah Anda bayangkan betapa berbeda jadinya kehidupan kita dan gereja kita seandainya kita mengikuti tuntutan ini? Coba bayangkan bila demikian apa yang akan terjadi bagi persatuan gereja, dengan hal ini saja. “Saudara-saudara, akankah Anda membawa kerinduan Kristus itu bersamamu ketika Anda kembali ke rumah dan gerejamu? Akankah Anda menyingkirkan ketidakpercayaan dan sifat mengkritik? Kita tiba pada waktu di mana, kita perlu untuk bertarung bersama, bekerja dalam persatuan, lebih sungguh-sungguh daripada sebelumnya. Dalam persatuan ada kekuatan. Dalam perselisihan dan perpecahan yang ada hanyalah kelemahan.”—Ellen G. White, Selected Messages, buku 2, hlm. 373, 374.. 

Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan: 

1. Dalam 2 Petrus 3:12, rasul Petrus menulis bahwa kita harus “menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.” Apakah yang dimaksudkannya bahwa kita harus “mempercepat” hari Allah? Bagaimanakah kita mempercepat hari Allah itu, yakni, hari Kedatangan Kedua? 

2. Kita mengatakan bahwa alam adalah “buku Allah yang kedua.” Celakanya, sebagaimana dengan buku Allah yang pertama (Alkitab), buku yang kedua ini dapat juga disalahtafsirkan. Contohnya, bagi orang banyak pekabaran mengenai alam dengan rancangan dan tujuan telah dihilangkan, digantikan oleh teori Darwin tentang mutasi acak dan seleksi alam. Dunia ini, dikatakan, benar-benar tanpa rancangan; tapi, hanya seperti apa yang kita lihat saja. Jika demikian, bagaimanakah kita membaca dan menafsirkan buku yang kedua ini dengan benar? Apakah keterbatasan buku yang kedua itu dapat ajarkan kepada kita mengenai Allah? Bantuan apakah yang dapat kita peroleh dari buku yang pertama yang dapat menolong kita memahami buku yang kedua dengan semestinya? Apakah yang akan terjadi ketika penafsiran kita mengenai alam (buku yang kedua), bertentangan dengan penafsiran kita akan buku yang pertama (Alkitab)? Di manakah masalahnya?

RENUNGAN PAGI

Jumat, 23 Juni 2017
KASIH YANG MEMIKAT 
Keluaran 32:31, 32
“Lalu kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: 'Ah. bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu-dan jika tidak hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kau tulis”

Serangan Musa yang gagal melawan ketidakadilan yang ia lihat atas rakyatnya yang menderita sejalan dengan karakter prinsipnya yang konsisten dengan latar belakang militernya. Kemudian, setelah beberapa decade orientasi ulang di padang gurun, ia mulai mengenal hukum kasih yang mendasari aturan Ilahi dan bertindak selaras dengan ajaran itu. Gaya kepemimpinannya mengungkapkan kasih sayang bagi bangsanya begi kuat sebingga ia lebih memilih mati dan mengampuni mereka daripada hidup & melihat mereka hancur (Kel. 32:32). 

Yesus, Musa kita yang lebih baik, menunjukkan kualitas kasih-Nya yang bahkan lebih mencengangkan. Dia, yang membuat kita sebagai agen moral yang bebas, bukan robot yang diprogram untuk patuh sesuai dengan kebutuhan, sejak penciptaan kita telah diberikan kepada kita bukti kekal akan pemeliharaan dan kasih sayang-Nya. Penderitaan yang kita alami. ketidakadilan yang menimpa kita, kekecewaan dan rasa sakit yang menerpa kita, keterbatasan akibat dari usia lanjut, dan kematian yang tak terhindarkan yang kita warisi semuanya bukanlah perbuatan-Nya. Tak satu pun dari bagian ini yang merupakan desain Eden. Semua ini adalah konsekuensi dari pilihan kita, keputusan kita untuk mengabaikan hukum-Nya, penyimpangan kita dari keselamatan hadirat-Nya ke jalan kejahatan dengan segala konsekuensi neraka mereka. 

Penurutan oleh karena paksaan bertentangan dengan sifat-Nya, tetapi bukan demikian dengan musuh-Nya--Setan. Keinginannya adalah untuk menundukkan dan merayu. Sifat Kristus adalah untuk membujuk dan menarik. Firman-Nya “Ikutlah Aku” adalah undangan yang menyenangkan-bukan perintah yang kaku. Ketika beberapa orang seperti penguasa kaya muda, yang berpaling, dan yang lainnya yang mengikut hanya untuk mendapat roti dan ikan, meninggalkan Dia pada masa pemeriksaan, hati-Nya yang penuh kasih terluka.

Kristus tidak lagi berjalan dan berbicara di bumi sebagai Mesias tetapi melalui Firman-Nya kita masih diundang, tidak dipaksa, dengan undangan “datanglah kepada-Ku.” Permohonan-Nya bersifat “mendesak, tetapi bukan memaksa.” Kita harus membuat pilihan dengan sadar untuk mengikuti-Nya setiap hari. Ketika kita melakukannya, tangisan-Nya di Golgota. “Bapa ampunilah mereka”,  diterima untuk kita, dan mesin kasir kemuliaan bergemrincing dengan karunia yang berlimpah dan pengampunan. 

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Kamis, 22 Juni 2017
Keutamaan Alkitab
Bacalah ayat-ayat berikut. Apakah yang ayat-ayat tersebut katakan tentang Alkitab yang bisa menolong kita sekarang ini memahami bagaimana sebaiknya peran Alkitab dalam kehidupan dan iman kita? 

1 Ptr. 1:10–12
2 Ptr. 1:16–20
2 Ptr. 3:2
2 Ptr. 3:16

Dalam suratnya yang kedua, Petrus menentang guru-guru palsu. Dia mengarahkan pembacanya kepada dua sumber otoritas ketika ia mengatakan, “supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu” (2 Ptr. 3:2). Sekarang ini kita memiliki sumber yang sama kepada perkataan “nabi-nabi kudus”—yaitu, Perjanjian Lama. Tidak ada lagi rasul-rasul yang hidup untuk kita tentunya, tetapi dalam pengertian bahwa kita memiliki sesuatu yang lebih baik: Kesaksian mereka yang diilhami, sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian Baru. Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes meninggalkan kepada kita kisah kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus yang pasti. Dalam Kisah Para Rasul, meninggalkan kepada kita catatan kegiatan para rasul. Dan tentu saja kita dapat membaca perkataan-perkataan yang diilhami dari para rasul sendiri. Paulus menulis dengan tegas otoritas Firman Allah (2 Tim. 3:16). Petrus, kemudian, mengarahkan pembacanya kepada Kitab Suci sebagai sumber otoritas doktrinal dan moral. 

Dalam 2 Petrus 3:16, Petrus memperingatkan para pembaca dan pendengarnya bahwa meskipun Alkitab adalah sumber kebenaran, tanpa perhatian yang teliti terhadap pekabaran yang Roh Kudus inginkan kita pahami, sumber kebenaran itu sendiri dapat disalahpahami, dan hal ini dapat mengakibatkan konsekuensi yang mengerikan. 

Kata-katanya haruslah menjadi pengingat yang baik bagi kita sekarang ini mengenai prinsip dasar dalam mempelajari Alkitab. Kita haruslah membaca bagian Alkitab dengan doa. Kita sebaiknya membacanya dengan mempertimbangkan konteks dalam pasal itu, keseluruhan buku dan Alkitab itu sendiri. Apakah yang secara khusus penulis sedang bicarakan ketika dia menulis? Kita harus membacanya dalam konteks sejarah saat tulisan itu ditulis. (Dalam halnya 1 dan 2 Petrus, lingkungan sejarahnya adalah Kekaisaran Romawi di abad pertama). Kita harus membacanya dengan mencari wawasan rohani dan dengan pengetahuan bahwa keselamatan itu dihasilkan oleh kematian pengorbanan Kristus sebagai pusat pekabaran Alkitab itu (1 Ptr. 1:10-12). Akhirnya, kita haruslah membacanya dalam konteks kehidupan kita sendiri. Apakah kebenaran yang Allah ingin kita peroleh? Bagaimanakah kita dapat menerapkan Firman yang tertulis itu bagi kehidupan kita sendiri sehingga hal itu akan memberikan kontribusi positif bagi Kerajaan Allah?

RENUNGAN PAGI

Kamis, 22 Juni 2017
DIMAMPUKAN MELALUI PENDERITAAN
Ibrani 2:10

"Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah-yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan”, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan”


Cara lain ketika Musa bertindak sebagai tipe Kristus adalah melalui dijadikan “sempurna melalui penderitaan.” Dia didisiplin “dalam sekolah penderitaan dan kemiskinan” (Alfa dan Omega, jld. 2, hlm. 81, 82) dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk tugas yang berat memimpin umat Allah dari Mesir menuju Kanaan. 

Yesus, Musa kita yang lebih baik, yang memimpin umat-Nya, gereja universal, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, dari perbudakan Mesir dosa menuju Kanaan surgawi, juga didisiplin oleh penderitaan. Dia memasuki pertarungan-Nya dengan Setan bukan dengan kekuatan Ilahi yang tinggal di dalam Dia dari kekekalan, tetapi dengan karakter yang dikembangkan oleh ketaatan dan pencobaan kemanusiaan-Nya. 

Kita semua dilahirkan dengan sifat atau kecenderungan kehendak yang jahat; kita tidak punya pilihan. Menjadi manusia berarti memiliki gravitasi alami terhadap dosa. Karakter, di sisi lain, bukanlah apa adanya ketika kita dilahirkan; itu adalah hasil dari kehidupan yang kita jalani. Ini adalah pola abadi seseorang dari tanggapan terhadap kehendak Allah. Dan orang-orang yang paling berguna dan saleh selama berabad-abad adalah mereka yang tabiatnya telah ditempa dalam api penderitaan. 

Sementara menggembalakan di Florida Tengah di awal pelayanan saya, saya melihat bahwa perusahaan jeruk yang besar di daerah itu selalu senang dengan hari “cold snaps”----ketika cuaca tidak hanya dingin, tetapi sangat dingin. Mengapa? Karena suasana dingin ini akan merangsang daging buah dan menghasilkan jeruk yang manis. Musim dingin yang hangat tidak menghasilkan tuaian yang manis; sedikit beku terkadang diperlukan. 

Sama halnya dengan hidup. Keadaan tidak nyaman kita adalah guru yang lebih baik daripada hari kita yang mudah dan berkecukupan. Pemolesan tabiat kita-pemahatan tepian yang kasar, pemangkasan, penggoresan dan pengirisan bagian-bagian yang buruk, mendisiplin pengorbanan dan ketangguhan, pelajaran dari kehilangan dan kekecewaan yang menyakitkan-adalah penebusan. 

Tidak, kita tidak dibebaskan dari penderitaan. Kita dibentuk, diasah, dan dipermanis dengan rasa sakit, kemudian siap untuk hidup lebih produktif di dunia ini, dan kemudian dalam kekekalan mengikuti Anak Domba yang menderita demi untuk memahami rasa sakit kita dan mati sebagai korban yang sempurna. 

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Rabu, 21 Juni 2017
Aturan dalam Masyarakat dan Gereja
Bacalah ayat-ayat berikut. Apakah yang Petrus katakan dalam ayatayat ini mengenai pentingnya baik kepemimpinan pemerintahan dan gereja, dan bagaimanakah seharusnya umat Kristen menanggapi keduanya? Bagaimanakah seharusnya nasihat ini diterapkan pada situasi kita sekarang ini, di mana pun kita berada? 1 Ptr. 

1 Ptr. 2:11–21
1 Ptr. 5:1–5
Petrus hidup di masa ketika orang Kristen terkadang dianiaya oleh pemerintah dan penguasa agama. Hal ini yang menjadikan semua menjadi lebih bermakna untuk apa yang ia dan Paulus harus katakan mengenai peran yang semestinya dari aparat pemerintahan (1 Ptr. 2:13-17; Rm. 13:1-7). Bagi Petrus dan Paulus, aparat pemerintahan telah ditempatkan pada tempatnya oleh Tuhan sendiri untuk bertindak mengawasi mereka yang melakukan kejahatan. Sudah tentu, ada saat di mana pemerintah yang berkuasa yang melakukan hal yang jahat. Orang Kristen telah menghadapi hal demikian di zaman Petrus, dan hal ini semakin memburuk saja untuk waktu yang lama. 

Tetapi, secara umum, idenya adalah bahwa pemerintahan yang baik akan memelihara hukum dan peraturan dan keamanan. Dewasa ini pun ada contohcontoh di mana hukum dan peraturan telah dilanggar, dan masyarakat dapat melihat kebutuhan yang sangat mendesak akan pemerintahan yang layak. Tepatlah, pemerintahan yang baik adalah salah satu berkat Allah yang telah diberikan-Nya kepada manusia. 

Petrus tanpa ragu-ragu membagikan keyakinan Paulus bahwa tata kelola gereja yang baik adalah juga penting. Paulus menegaskan, “Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur” (1 Kor. 14:40), dalam ibadah gereja. Demikian juga Petrus menasihatkan para penatua, “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu” (1 Ptr. 5:2). Melakukannya dengan kerendahan hati dan kepedulian. Jemaat lokal perlu dipimpin dengan baik. Para pemimpin yang baik memberikan visi dan koordinasi, yang menyanggupkan orang lain melakukan karunia rohani mereka bagi kemuliaan Allah. 

Satu Petrus 5:5 mengatakan bahwa Anda harus rendah hati satu dengan yang lain. Bagaimanakah kita dapat belajar melakukannya? Apakah yang dapat Anda lakukan, Anda sendiri, untuk melakukan hal ini di dalam interaksimu sendiri dengan orang lain?

RENUNGAN PAGI

Rabu, 21 Juni 2017
TUHAN DALAM SAMARAN
Keluaran 34:32, 33

“Sesudah itu mendekatlah segala orang Israel, lalu disampaikannyalah kepada mereka segala perintah yang diucapkan TUHAN kepadanya di atas gunung Sinai. Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubungnya mukanya

Musa adalah satu lambang dari Kristus. Sebagaimana pengantara Israel itu menudungi wajahnya, oleh karena orang banyak itu tidak tahan untuk melihat kemuliaannya, demikian juga Kristus, Pengantara Ilahi itu menudungi Keilahian-Nya dengan kemanusiaan pada waktu datang ke dunia ini” (Alfa dan Omega, jld. 1, hlm. 389). Kita tidak akan pernah memahami kehebatan sikap merendahkan diri Kristus dari Allah yang sebenarnya menjadi Allah yang diselubungi manusia yang sebenarnya, atau, dengan pernyataan lain, dari yang berdaulat menjadi budak, dari Pencipta menjadi ciptaan, dari penguasa manjadi makhluk berdosa yang hancur. Bagaimanakah mungkin? Bagaimanakah Dia bisa mengasihi kita sedemikian rupa? Hal ini tidak masuk akal, tidak bisa dimengerti, luar biasa, tetapi benar bahwa Yesus, Musa kita yang lebih baik, menemukan cara untuk menjadi salah satu dari antara kita-untuk hidup bersama kita-membangkitkan roh kita yang padam, memulihkan kecerdasan kita yang memudar, dan membangunkan kembali hubungan kita dengan Bapa yang menebus sebuah planet terasing. 

Sementara menyelubungi keagungan-Nya yang luar biasa, Dia mengungkapkan karunia Bapa yang luar biasa. Sementara memadamkan sinar kemuliaan-Nya, Ia mengungkap rencana Setan yang menyeramkan. Sementara menyembunyikan kemilau cahaya-Nya, Dia mengungkapkan kejahatan Setan. Sementara dengan menderita mengekang kekuatan surgawi-Nya, Ia dengan sabar mengangkat kesengsaraan manusia, dengan berani menghadapi kekuatan-kekuatan yang memenjarakan ras kita yang malang dan sekarat. 

Fakta bahwa manusia lahiriah mampu mengandung Tuhan di dalamnya dan Tuhan di dalam mampu menahan murkaNya yang mutlak terhadap dosa sangat menakjubkan untuk mata kita dan keselamatan untuk jiwa kita. Msngapa Dia mau mengambil resiko dengan begitu berani untuk kita? Karena tidak ada cara lain yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan kita; hanya dengan menjadi fana tetapi menang dalam lingkup manusia kita Dia dapat baik membela karakter Bapa maupun memberikan pengampunan dan pemulihan kepada kondisi kita yang hilang. 

Semak Musa yang terbakar, busur pelangi Nuh, tangga penghubung Yakub; ular tembaga Israel, kehadiran Shekinah di bait suci, dan cahaya efod Imam Besar semua menunjukkan bahwa Allah, setelah kejatuhan ke dalam dosa yang tidak dapat lagi berbicara tatap muka dengan penduduk dunia, telah menemukan cara untuk menjembatani jurang besar yang diciptakan oleh dosa dan akan menebus ciptaan yang hilang ini. 

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Selasa, 20 Juni 2017
Harapan pada Kedatangan Kedua
Bacalah ayat-ayat berikut, dan perhatikanlah apa yang dikatakannya mengenai peristiwa-peristiwa di masa depan: 
1 Ptr. 1:4
1 Ptr. 1:17
1 Ptr. 4:5, 6
1 Ptr. 4:17
2 Ptr. 3:1–10

Salah satu isu mendasar yang dihadapi oleh mereka yang pertama kali membaca dan mendengar surat 1 Petrus adalah penganiayaan. Petrus memberikan penghiburan kepada para pembacanya dengan pemikiran bahwa, sekalipun hidup mereka dihantam aniaya, ada upah di masa depan yang menanti mereka di surga, upah yang tidak dapat diambil. Pada permulaan kitab 1 Petrus, ia menjelaskan bahwa umat Kristen memiliki suatu bagian yang tidak dapat binasa yang tersimpan di surga bagi mereka (1 Ptr. 1:4).

Petrus menyoroti dua hal yang akan terjadi di kemudian hari: Penghakiman terakhir dan api kebinasaan bagi orang-orang fasik. Dengan kata lain, ia menunjukkan bahwa walaupun menghadapi aniaya sekarang ini, keadilan dan penghakiman akan terjadi, dan umat percaya akan menerima upah mereka yang kekal.

Petrus menyebutkan penghakiman pada tiga kesempatan berbeda (1 Ptr. 1:17; 4:5, 6, 17). Ia mengatakan bahwa Allah Bapa menghakimi semua orang menurut perbuatannya tanpa memandang muka (1 Ptr. 1:17). Ia mencatat bahwa Yesus sendiri siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati (1 Ptr. 4:5). Ia juga membuat pengamatan yang menarik bahwa penghakiman dimulai dari umat Allah sendiri (1 Ptr. 4:17).

Petrus juga menekankan bahwa “orang-orang fasik” akan dibinasakan dengan nyala api seluruhnya (2 Ptr. 3:7).

Petrus meluangkan waktu menguraikan masalah yang muncul tentang apakah benar atau tidak Yesus pasti datang kembali (2 Ptr. 3:1-10). Dia menunjukkan bahwa “penundaan” kedatangan Yesus kedua adalah untuk memungkinkan lebih banyak orang bertobat dan diselamatkan. Dia juga menunjukkan bahwa kepastian perhitungan akan masa depan seharusnya meyakinkan semua orang untuk hidup suci dan saleh.

Dengan demikian, sekalipun Petrus berfokus pada keadaan saat ini dan pada kehidupan Kristiani praktis, tetap saja bagi pembacanya dia perhatikan harapan mereka di masa depan yang menanti mereka. Singkatnya, bagaimanapun keadaan saat itu, mereka harus terus maju ke depan dalam iman dan penurutan. Mengapakah Anda juga harus terus maju dalam iman dan penurutan, bagaimanapun keadaannya? Apakah ada pilihan lain?

RENUNGAN PAGI

Selasa, 20 Juni 2017
LIHAT DAN HIDUP
Bilangan 27:9
“Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup" 
Upah dosa adalah maut, dan sejak dari permulaan pelanggaran, umat manusia telah dikunci dalam ragam rasa sakit, pertumpahan darah, dan segala elemen bencana lain yang merupakan ketidaknyamanan yang baik yang Allah ciptakan. 
Pengharapan? Tidak ada pengharapan-pengharapan duniawi. Adam tidak bisa mencegah wabah kematian dan kehancuran, tidak juga dengan anak cucunya yang menderita. Umat manusia, berdasarkan kejatuhannya, adalah benar-benar, selamanya terkutuk. Kita adalah ras yang ditakdirkan untuk punah. Jika saja Kristus tidak datang ke dunia kita seperti yang Dia lakukan, keadaan fisik, moral, dan mental kita akan segera jauh lebih lumpuh dan akhirnya binasa. 

Kita bukanlah ras yang ditakdirkan untuk hidup dalam pertumpahan darah dan rasa sakit; kita adalah umat yang pasti akan mati-tersedak tak bernyawa oleh ikatan otot sebagai konsekuensi dosa. Hal ini membuat tanggungan ganda: Kematian pertama akibat dari kelahiran alamiah kita dan yang kedua sebagai akibat dari kesalahan pribadi kita. 

Tetapi Yesus “membungkamkan musuh dan pendendam,” (lihat Mzm. 8:2). Seperti halnya ular Musa yang menjadi titik temu yang kepadanya semua orang yang digigit ular-yang sekarat oleh karena kelenjar bengkak dan gagal jantung-dapat memandang dan dibuat pulih kembali, demikian juga kesehatan dan kesembuhan disediakan di kayu salib untuk semua orang yang mau melihat dan hidup. 

Ular Musa yang disalibkan adalah sumber keselamatan hanya kepada mereka yang melihat dalam iman. Mereka yang didapati berpikir secara ilmiah, filosofis, atau yang lainnya, yang memiliki alasan teoritis untuk meragukan khasiat salib di mana terdapat simbol dari makhluk yang melanda mereka mati karena utangnya iman. Mereka yang memandangnya-hidup! Dan demikian juga kita jika kita tetap setia dan tidak takut. 

Sebagaimana ular tembaga yang tampak seperti yang lainnya tetapi berdasarkan komposisi logamnya ia menanggung beban yang berbeda, demikian juga dengan Yesus yang datang “serupa dengan daging yang dikuasai dosa” (Rm 8:3) oleh keilahian-Nya yang tidak mengenal kompromi dan kemanusiaan-Nya yang tidak terkontaminasi berbeda dari manusia berdosa. Inilah sebabnya mengapa dan bagaimana kita dapat dan harus melihat kepada Kristus di Golgota yang disalibkan dengan tangan terbuka sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan, kesembuhandan kekudusan kita. 

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Senin, 19 Juni 2017
Bagaimanakah Kita Harus Hidup?
Suatu tema yang lebih sering Petrus ulang-ulangi daripada yang lain dinyatakan dengan pertanyaan yang ditanyakannya dalam 2 Petrus 3:11: “Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup.” 

Bacalah ayat-ayat berikut. Apakah yang Petrus katakan mengenai perilaku Kristiani? 1 Ptr. 1:15–17, 22; 1 Ptr. 2:1; 1 Ptr. 3:8, 9; 1 Ptr. 4:7–11; 2 Ptr. 3:11. 

Petrus mengkaji perilaku Kristiani beberapa kali dalam dua suratnya, dan beberapa tema [yang lain] terus berulang. Pertama, Petrus dua kali menekankan hubungan antara penghakiman Allah dan perilaku orang Kristen (1 Ptr. 1:17 dan 2 Ptr. 3:11). Allah akan menghakimi tindakan setiap orang. Dengan demikian, seorang Kristen harus hidup kudus. 

Kedua, beberapa kali Petrus menyebutkan bahwa orang Kristen harus kudus. Dalam Alkitab Bahasa Ibrani [Perjanjian Lama], hal-hal yang kudus itu dikhususkan untuk digunakan di Bait Allah (Kel. 26:34; 28:36; 29:6, 37) atau untuk maksud Allah (misalnya, hari Sabat dalam Kejadian 2:3). Bahkan, rencana Allah adalah bahwa umat-Nya haruslah kudus, sama seperti Dia adalah kudus, suatu tema yang disentuh Petrus juga (Im. 11:44; 19:2; 1 Ptr. 1:15, 16). Proses mengkhususkan sesuatu itu kudus disebut “penyucian,” dan keinginan Petrus adalah bahwa pembacanya dikuduskan oleh Roh dan taat kepada Yesus (1 Ptr. 1:2). 

Ketiga, Petrus telah memberikan beberapa hal spesifik untuk jenis perilaku yang sesuai bagi mereka yang dikuduskan. Mereka harus membersihkan diri dari kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian, dan fitnah (1 Ptr. 2:1). Mereka harus memiliki roh kesatuan, mengasihi satu sama lain, dan merendahkan diri (1 Ptr. 3: 8, 9). Mereka harus memiliki kebaikan, kesalehan, dan kasih (2 Ptr. 1:5-7). Bahkan, mereka harus tetap mengasihi (1 Ptr. 4:7-11). Akhirnya, Petrus mendorong para pendengarnya untuk menyerahkan kekhawatiran mereka kepada Yesus (1 Ptr. 5: 7). 

Bagaimanakah kita dapat belajar untuk mendorong satu sama lain dengan cara yang tidak menghakimi, untuk menghidupkan bentuk kehidupan yang Petrus serukan di dalam surat-suratnya?

Kamis, 22 Juni 2017

PELAJARAN ALKITAB

pelajaran 5


KEALLAHAN

REVIEW:  Pelajaran Sebelumnya, kita telah mempelajari bagaimana Alkitab membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias dan bahwa Dia adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia.
INTRODUCTION: Dalam pelajaran ini kita akan mempelajari bagaimana mungkin kita memiliki hanya SATU ALLAH sebagaimana yang dikatakan dalam Alkitab, tetapi sebagaimana yang kita telah pelajari sebelumnya bahwa Yesus juga adalah Allah?
GD-1     Dalam penciptaan Allah merujuk kepada diriNya dalam bentuk jamak. Kejadian 1:2
GD-2     Yesus berbicara tentang kesatuan-Nya dengan Bapa. Yoh 16:26-2; Yoh 14:8-10
GD-3     Kedua-duanya, Bapa dan Roh Kudus adalah satu kesatuan dengan Yesus Kristus dalam penyelamatan bagi manusia. Yoh 14:13-17. 26
GD-4     Paulus menuliskan bahwa ada tiga pribadi. Ef 4:4-6; 2 Kor 13-14
GD-5     Perintah Yesus yang terakhir juga berbicara tentang ketiga pribadi dari KeAllahan. Matt 28:18-20
GD-6     Kita jelas melihat ada tiga pribadi yang berbeda hadir pada baptisan Yesus. Matt 3:16, 17
GD-7     Banyak kali dalam Alkitab Allah menunjuk kepada diri-Nya sebagai jamak (dalam banyak terjemahan). Kej. 11:7; Kej 3:22; Yes 6:8. Kita tahu bahwa ini TIDAK menunjuk kepada malaikat. Yoh 1:3.
GD-8     Sebab ada tiga yang membawa kesaksian di sorga yaitu Bapa, Firman, dan Roh Kudus: dan ketiganya adalah satu. 1 Yoh 5:7
GD-9     Kita tidak sepenuhnya memahami Allah karena kita terbatas sebagai manusia. Ayub 11:7-9

Alkitab tidak menggunakan kata trinitas tetapi mengatakan bahwa ada tiga pribadi yang berbeda dari KeAllahan tetapi ketiganya adalah SATU.
PREVIEW:  Pelajaran selanjutnya kita akan belajar tentang ROH KUDUS.

Senin, 19 Juni 2017

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Minggu, 18 Juni 2017
Penderitaan, Yesus, dan Keselamatan
Bacalah ayat-ayat berikut, dan perhatikanlah apa yang masing-masing ayat ini ungkapkan tentang keselamatan:
1 Ptr. 1:2 
1 Ptr. 1:8, 9 
1 Ptr. 1:18, 19 
1 Ptr. 2:22–25 
1 Ptr. 3:18 
Ketika Petrus menyebutkan keselamatan, hal itu biasanya dalam konteks penderitaan Yesus sebagai Pengganti bagi orang berdosa. Misalnya, dalam 1 Petrus 2:22-24, ketika Petrus menulis tentang penderitaan Yesus, dia menggu-nakan bahasa yang mencerminkan Yesaya 53:5, 6, 9. “Ia [Yesus] sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya” di kayu salib dan “oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (1 Ptr. 2:24), mengungkapkan gagasan penggantian dan pengorbanan.
Dalam kebanyakan pengorbanan yang dijelaskan dalam Kitab Suci Bahasa Ibrani [Perjanjian Lama], para pendosa membawa persembahan mereka ke Bait Suci dan meletakkan tangan mereka di atasnya. Tindakan ini secara simbolis memindahkan dosa pendosa ke hewan, yang kemudian mati menggantikan pendosa itu (Im. 4:29, 30, 33, 34; 14:10-13). Kenajisan dosa yang tertumpuk di atas mezbah disucikan dan dihapus pada Hari Pendamaian (Im. 16:16-19).
Darah pengorbanan memainkan peran penting dalam penebusan dosa. Orang Kristen telah ditebus dengan darah Yesus yang mahal (1 Ptr. 1:18, 19).
Paulus juga menyatakan ide penggantian yang sama: Yesus, yang tidak menge-nal dosa, telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita (2 Kor. 5:21). Sebagaimana dinyatakan dalam 1 Petrus 3:18, Kristus telah menderita karena dosa, orang benar (Yesus) bagi orang berdosa (kita).

Seperti Paulus (Rm. 3:21, 22), Petrus menekankan perlunya iman. Saat ia mengatakan kepada para pembacanya: “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya... karena kamu telah mencapai tujuan iman-mu, yaitu keselamatan jiwamu”(1 Ptr. 1:8, 9). Keselamatan tidak diperoleh karena perilaku yang saleh, tetapi diberikan ketika kita percaya pada apa yang 
Yesus telah buat bagi kita dan menerima-Nya sebagai Juruselamat pribadi kita. Jaminan kita ada di dalam Dia, bukan dalam diri kita sendiri. Jika itu ada dalam diri kita sendiri, jaminan yang pasti apa yang akan kita miliki? Mengapakah Yesuslah, sebagai Pengganti Anda, Harapan Agung keselamatan itu? Kepuasan apakah yang dapat Anda peroleh dari kebenaran yang indah ini?

RENUNGAN PAGI

Senin, 19  Juni  2017
Batu : Yesus Kristus
“Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh karena kamu dan tidaklah mendengarkan permohonanku. TUHAN berfirman kepadaku: Cukup! Jangan lagi bicarakan perkara itu dengan Aku”
(Ulangan 3:26)
Ada beberapa alasan mengapa tindakan Musa membuat Tuhan marah. Yang pertama adalah anggapan bahwa kemanusiaannyalah yang membuat air muncul dari batu yang tandus. Katanya: “Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?” (Bil. 20:10). Menyombongkan kekuatan yang hanya milik Allah kesalahan mendasar.
Kesalahn Musa dalam hal ini, bukanlah ciri khas perilaku terhadap bangsa itu selama bertahun-tahun pengembaraan. Dia secara konsisten dan dengan benar menganggap semua kekuatan yang membawa Israel kepada kebebasanya berasal dari Allah. Tetapi sekarang, dengan terburu-buru dan sikap melecehkan, ia kehilangan prespektif dan sayangnya ia mengambil semua  masalah ke tangannya sendiri, menyangkal Allah, saksi yang kuat untuk kemuliaan-Nya.
Alasan kedua adalah bahwa ia memukul batu sebagai ganti berbicara kepadanya. Instruksinya adalah “Ambillah tongkatmu itu dan engaku dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engaku mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya” (ayat 8).
Fakta bahwa ia memukuli batu sama sekali adalah tindakan ketidaktaatan yang serius, bahkan ia memukulnya dua kali, sehingga sekali lagi merampok kemuliaan Allah karena nama-Nya. Yesus, Batu Zaman, yang dari-Nya akan mengalir air keselamatan, terpukul kalah sekali.   Kitab Ibrani kemudian mencatat dengan ringkas: “Demikianlah pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang” (Ibr. 9:28).
Hukum Musa yang berat (tidak diperbolehkan masuk ke Kanaan) adalah pengingat  yang berharga untuk bangsa Israel kuno dan kita yang melakukan pekerjaan Tuhan yang menuntut ketaatan eksplisit terhadap perintah-Nya dan kepercayaan yang kuat dalam metodologi-Nya. Hal ini berlaku baik dalam urusan pribadi kita maupun dalam pekerjaan kelembagaan yang Dia urapi. Jika saja Musa berbicara dengan batu itu, air yang diberikannya akan begitu manis dan menyegarkan, dan ia akan memasuki Kanaan dengan bangsa itu. Kualitas berkat kita dan kesempatan kita untuk masuk ke dalam Kanaan surgawi tidak kurang tergantung pada penyerahan diri dan pelayanan kepada orang lain.


Minggu, 18 Juni 2017

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Sabtu, 17 Juni 2017
Tema Utama Dalam 1 Dan 2 Petrus
SABAT PETANG Untuk Pelajaran Pekan InI, Bacalah: Yes. 53:5, 6, 9; Im. 16:16– 19; Im. 11:44; Rm. 13:1–7; 1 Kor. 14:40; 2 Tim. 3:16.
Ayat Hafalan: Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24). 

Surat Petrus yang pertama dan kedua ditulis untuk tujuan praktis. Dalam 1 Petrus, masalah utama yang Petrus tantang adalah penganiayaan yang orang Kristen hadapi. Dalam 2 Petrus, masalah utamanya adalah guru-guru palsu. Petrus menulis dengan tegas dan berwibawa saat ia berusaha untuk mendorong pembacanya serta memperingatkan mereka sehubungan dengan tantangan di hadapan mereka. 

Hal yang penting adalah bahwa Petrus merespons kedua masalah itu dalam bahasa teologis. Penderitaan yang disebabkan oleh penganiayaan menggiring Petrus untuk memikirkan penderitaan dan kematian Yesus, yang telah menghasilkan keselamatan kita. Guru-guru palsu akan menghadapi penghukuman, yang akan berlangsung setelah Yesus datang kembali ke dunia ini. Inilah beberapa pokok pikiran yang Petrus uraikan di dalam kedua suratnya. 

Pelajaran pekan terakhir ini akan membahas lebih mendetail tentang lima pokok pikiran yang Petrus tuliskan: Penderitaan Yesus yang menghasilkan keselamatan kita; sambutan praktis kita karena mengetahui bahwa Allah akan menghakimi perbuatan kita pada penghakiman terakhir; harapan yang kita miliki dalam kedatangan Yesus yang segera; tatanan dalam masyarakat dan dalam gereja; dan peran yang Kitab Suci miliki dalam memberikan bimbingan bagi kehidupan kita. 

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 24 Juni.

RENUNGAN PAGI

Minggu, 18 Juni 2017
Yesus Dalam Kondisi Terbaik-Nya
 
“Tetapi sekarang kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu – dan jika tidak hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis”
(Keluaran 32:32).
 
Musa pastilah seorang yang suka berdoa. Bagaimanakah lagi dia bisa menanggung semua beban ini? Semua kepemimpinan penuh dengan resiko, tetapi tidak pernah ada sekelompok pengikut yang lebih sulit, lebih tidak tahu berterima kasih, lebih merasa puas diri, lebih pelupa, lebih sombong, dan lebih memberontak daripada mereka yang Musa pimpin.
 
Tidak dirugukan lagi Musa sering berdoa untuk dirinya sendiri. Untuk kekuatan, untuk daya tahan, untuk kesabaran, dan untuk semua kebajikan lain yang dibutuhkan untuk memenuhi misinya. Tetapi Dia juga terus berdoa bagi bangsanya. Meskipun mereka menuduh dengan kejam, mereka terus menerus mengeluh, mereka bersungut-sungut, mereka dengan rakus mendambakan dewa-dewa, dan kekayaan Mesir yang darinya mereka telah dilepaskan dengan cara yang ajaib – Meskipun ada rasa tidak berterima kasih yang nyata seperti dia tetap berdoa untuk bangsanya.
 
Begitu pula dengan Kristus, Musa kita yang lebih baik. Dengan sungguh-sungguh dan dengan terus menerus Dia berdoa bukan hanya untuk diri-Nya sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Dia melakukannya karena hati-Nya yang penuh kasih itu lebih terbeban  kepada kesejahteraan mereka yang kepadanya Dia datang  untuk memberi keselamatan daripada reputasi dan keselamatan-Nya sendiri. Dia “senantiasa menerima dari Bapa agar Ia dapat menyampaikannya kepada kita” (Membina Kehidupan Abadi, hlm. 100).
 
Mungkin doa-Nya yang paling penuh kasih sayang adalah untuk murid-murid-Nya sesaat menjelang kematian-Nya, Ia memohon umtuk iman dan keamanan mereka. Kata-Nya: “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada kepada-Ku oleh pemberitaan mereka” (Yoh. 17:20) yang cakup kita semua.dia beroa  tidak hanya  bagi murid-murid-Nya  dan perobatan mereka, Ia berdoa untuk musuh-Nya juga. Bahkan, Ia berdoa di Golgota untuk mereka yang tidak hanya menuduh Dia secara tidak adil, tetapi juga yang bersukacita sementara hidupnya semakin surut.
 
Doa-Nya sementara Dia hampir binasa: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34), adalah ungkapan yang paling tidak cinta diri yang pernah  keluar dari bibir manusia. Itu adalah contoh kasih sayang yang tak tertandingi. Ungkapan itu merupakan kebaikan yang terlalu tinggi untuk kita bisa pahami, namun sangat penting untuk kita percayai. Doa Musa bagi bangsanya memang kebajikan yang mengangumkan, tetapi itu belum – tidak akan pernah – setara dengan doa pengampunan Yesus. Yesus dalam kondisi terbaik-Nya ketika Ia berdoa bagi musuh-musuh-Nya. Dan, pada tingkatan yang sangat nyata, demikian juga dengan kita

BACAAN ALKITAB HARIAN

FOLLOW THE BIBLE

Yohanes 14:1-31 Rumah Bapa YOH 14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percaya juga kepada-Ku. YOH 14:2 Di rumah Bapa-...

LAGU FAVORIT