Sabtu, 03 Juni 2017

RENUNGAN PAGI - SESUATU YANG LEBIH BAIK

Renungan Pagi
Sabtu, 3 Juni 2017
 
Kesabaran di Bawah Tekanan
 
“Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya : “Karena aku telah menariknya dari air”
 
(Keluaran 2:10).
 
 
Ditemukan oleh putri Firaun ketika ia berumur 3 bulan, Musa secara sah menjadi milik sang putri. Ibunya, Yokhebed, dan adiknya, Miriam, setelah dengan cerdik mengatur untuk membuat mereka menjadi pengasuh, menjadi dominasi terbesar dalam hidupnya sampai usianya 12 tahun.  Mereka kemudian diwajibkan untuk menyerahkan Musa kepada ibu angkatnya untuk mendapat pelatihan formal di istana kerajaan.
 
Selama 28 tahun berikutnya, atau hingga berusia 40 tahun, ia menjalani kehidupan seorang pangeran Mesir yang agung.  Namun, selama hamper tiga decade akulturasi Mesir, ia tidak pernah lupa pelatihannya sebagai orang Yahudi, dan secara pribadi membeci perlakuan kasar yang diterima oleh kaumnya.
 
Pengendalian emosi Musa dan kemampuannya untuk menghidupkannya, dari semua penampilan luarnya sebagai orang Mesir yang mulia selama bertahun-tahun, itu luar biasa.  Faktanya ia pada akhirnya meledak pada sebuah tindakan brutal yang tidak dapat dimaafkan, tetapi kemampuannya untuk menahan diri selama beberapa dekade tentu patut diperhatikan.
 
Yesus, Musa kita yang lebih baik, juga harus mengalami penguasaan diri yang menyakitkan.  Ia adalah Allah yang mengenakan tubuh manusia, hidup di dunia yang menjijikkan, dalam keadaan memuakkan.  Dia, yang adalah mata air dan sumber kesucian, Dia yang adalah inkarnasi kebaikan, menemukan bahwa sangat menyakitkan hidup berdampingan dengan kejahatan manusia.
 
Bukan hanya satu periode, tetapi untuk sepanjang kehidupan-Nya, Dia bertahan menahan diri dari kekuasaan-Nya; Ketika mengamati kekejaman Roma dan Yahudi yang mengerikan; ketika Setan membisikkan pembalasan atas ketidakadilan yang Dia secara pribadi derita; ketika dibebani dengan beratnya penolakan manusia untuknya Ia dating memberi keselamatan; ketika tergoda menggunakan kekuatan Ilahi-Nya untuk melarikan diri dari siksaan verbal maupun fisik---Dia mampu menahan kemarahan-Nya yang benar, tidak pernah melanggar ketentuan selama Dia berdiam di dunia.
 
Bagaimanakah kita bisa memahami atau dengan memadai menanggapi kasih sayang mulia seperti itu ? Rasul yang bersyukur, kagum oleh pengetahuan atas karunia surga, memberi jawaban : “Aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah : itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rm. 12:1).
 
Dedikasi seperti itu tidak membuat kita memperoleh keselamatan, tetapi membuat kita mendapatkan restu – suka cita Allah atas kesedihan kita untuk berserah kepada Anak-Nya, saudara tertua kita dan Musa kita yang jauh lebih baik.

TUHAN MEMBERKATI.

Jumat, 02 Juni 2017

SEKOLAH SABAT - GEMBALAKANLAH DOMBA-DOMBAKU, 1 & 2 PETRUS

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Jumat, 2 Juni 2017
Pendalaman - Nubuatan Dan Kitab Suci 
Pendalaman: “Adalah tugas utama dan tertinggi setiap makhluk yang rasional yang mempelajari dari Alkitab apa itu kebenaran, lalu berjalan di dalam terangnya, dan mendorong orang-orang lain untuk mengikuti teladannya. Kita harus mempelajari Alkitab itu dengan tekun setiap hari, menimbang setiap pemikiran, dan membandingkan ayat dengan ayat lain. Dengan pertolongan ilahi, kita membentuk sendiri pendapat kita untuk kita sendiri, sebagaimana kita harus menjawab untuk kita sendiri di hadirat Allah.”
“Kebenaran yang jelas sekali dinyatakan di dalam Alkitab, telah ditanggapi dengan keragu-raguan dan ketidakjelasan oleh kaum terpelajar, yang dengan berpura-pura memiliki hikmat yang besar, mengajarkan bahwa Alkitab itu mempunyai arti rohani yang penuh mistik dan rahasia yang tidak kelihatan dalam bahasa yang digunakan. Orang-orang ini adalah guru-guru palsu. Kepada golongan seperti inilah Yesus menyatakan ‘Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah’ (Markus 12:24). Bahasa Alkitab harus dijelaskan sesuai dengan artinya yang sebenarnya, kecuali menggunakan lambang atau gambar. Kristus telah berjanji, ‘Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri’ (Yohanes 7:17). Jikalau manusia menerima Alkitab sebagaimana ia dibaca, jikalau tidak ada guru-guru palsu yang menyesatkan dan membingungkan pikiran mereka, pekerjaan akan tercapai yang membuat malaikat-malaikat senang, dan yang akan membawa ke pihak Kristus ribuan orang yang sekarang sedang mengembara dalam kesalahan.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 8, hlm. 630.
Pertanyaan-pertanyaan untuk Didiskusikan:
1. Apakah prinsip-prinsip penting lain yang termasuk dalam usaha menemukan pemahaman Kitab Suci yang jelas?
2. Martin Luther menuliskan bahwa, “Kitab Suci menerangi Kitab Suci itu sendiri.” Dengan demikian dia maksudkan bahwa ada kesatuan yang mendasari Kitab Suci sehingga satu bagian dapat digunakan untuk menolong kita memahami bagian yang lain. Sebutkanlah beberapa contoh yang dapat Anda temukan menggunakan prinsip ini?
3. Di UKSS ulangi kembali jawaban Anda pada pertanyaan hari Senin mengenai peristiwa yang sangat memengaruhi pengalaman Kekristenan Anda. Jika ada, apakah persamaan yang dimiliki oleh peristiwa-peristiwa ini?
4. Jika seseorang bertanya kepadamu belajar Alkitab yang bagaimanakah yang dapat mempererat perjalanan Anda dengan Tuhan, bagaimanakah Anda menjawabnya? Prinsip-prinsip apa yang Anda telah pelajari dari pengalamanmu sendiri tentang berusaha untuk mengenal Tuhan Yesus melalui penyelidikan Firman-Nya yang Tertulis?

RENUNGAN PAGI - SESUATU YANG LEBIH BAIK

Jumat, 2 Juni 2017
Anak Yang Rupawan
 
“Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi, lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki.  Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya.”
(Keluaran 21:2).
 
Terjamahan King James Version menyatakan dia melihat bahwa dia adalah seorang anak yang “rupawan.” Yang benar adalah bahwa orangtua itu sendiri yang rupawan.  Nama Amram, “kerabat seorang luhur,” dan Yokhebed, “dia yang kemuliannya adalah Yahwe,” menunjukkan bahwa mereka, tidak seperti sebagian besar tawanan, tidak melupakan Allah yang benar.  Bahkan, nama Yokhebed menunjukkan yang pertama kali diketahui berhubungan denan nama TUHAN yang sakral.  Kita tidak tahu banyak mengenai dia.  Dia berasal dari suku Lewi, dan sangat jelas dari keputusan bijaksana yang dia buat sehubungan dengan anak yang dilahirkannya, dia adalah seorang wanita yang bijaksanan dan berani.
 
Kepada pasangan yang saleh ini, yang sudah dikaruniai anak-anak, termasuk Miriam (kata dari mana nama Maria berasal), lahirlah bayi Musa, yang namanya berarti “karena dia telah diangkat dari air.”
 
Bagi orangtua yang bermaksud baik, semua bayi itu “rupawan” –setiap bayi itu istimewa.  Orangtua secara alami memberikan optimis yang tinggi kepada bayi mereka yang baru lahir.  Orangtua Musa, bagaimana pun, tidak hanya mengucapkan hal istimewa kepadanya, tetapi juga mempertaruhkan hidup mereka dalam upaya untuk menyelamatkan dia.
 
Kepahlawanan Musa di kemudian hari lebih daripada sekadar memenuhi impian dan harapan orangtuanya; demikian juga Thermuthis, putrid Ramses III, Firaun Mesir berikutnya, yang memandang kepada bayi yang menangis dalam keranjang yang mengapung dan terjamah oleh pancaran wajah-Nya (Kej. 2:6,7).
 
Kemudian, ketika Musa dewasa, oleh pengalaman pengasingan, menjadi hamba yang layak, Allah mengirim dia kembali ke Mesir dengan pesan : “Biarkan umat-Ku pergi.”  Dengan demikian bayi yang rupawan itu menjadi pembebas yang berbakti ---sama dengan “Yesus,”  tetapi hanya dalam perbandingan yang buram.  Hal ini karena, sementara misi Musa membawa dia dari gurun tandus kepada istana Firaun, misi Yesus membawa Dia dari kemuliaan yang nyaman kepada wilayah tandus planet bumi.
 
Musa meninggalkan pengasingan; Yesus meninggalkan kemewahan.  Musa meninggalkan kesepian; Yesus meninggalkan keindahan.  Musa meninggalkan konsekuensi perbuatan jahat; Yesus meninggalkan keadaan kesempurnaan tertinggi dan keindahan.  Tindakan-Nya merendahkan diri yang tulus tetapi menunjukkan hati-Nya yang penuh kasih membuat Dia menjadi Musa kita yang jauh lebih baik.

Tuhan Memberkati.

Kamis, 01 Juni 2017

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Kamis, 1 Juni 2017
Firman dalam Kehidupan Kita
Sebagaimana kita telah lihat, Petrus sangat menekankan mengenai Kitab Suci. Dua Petrus 1:19-21 adalah penegasan yang kuat tentang pentingnya Kitab Suci terhadap pengalaman Kristiani kita dan terhadap inspirasi Ilahi Kitab Suci. Maksudnya jelas dalam 2 Petrus 1:21. Kitab Suci bukanlah produk dari kehendak manusia, karangan manusia, seperti buku-buku yang lain. Itu adalah buku yang dihasilkan melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui “orangorang Kudus kepunyaan Allah.”
Bacalah 2 Timotius 3:15-17. Bagaimanakah ayat-ayat ini menolong kita untuk memahami peranan Kitab Suci di dalam kehidupan kita? Bagaimanakah ayat-ayat ini menguatkan kebenaran dalam 2 Petrus 1:19-21? 
Setelah memperingatkan Timotius untuk bahaya yang dihadapinya dan gereja, Paulus memberikan gambaran singkat akan pentingnya Kitab Suci. “Semua tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar [doktrin], untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim. 3:16).
Marilah kita melihat ke tiga hal ini.
Doktrin: Doktrin adalah ajaran gereja. Doktrin menyatakan keyakinan umat tentang berbagai topik-topik Alkitab yang dianggap penting dalam Firman Tuhan. Idealnya, setiap doktrin haruslah berpusat pada Kristus, dan masing-masing harus mengajarkan kepada kita sesuatu yang menolong kita mengetahui bagaimana hidup menurut “kehendak Allah... yang sempurna” (Roma 12:2).
Bimbingan: Paulus mengatakan kepada Timotius bahwa Kitab Suci itu bermanfaat untuk “menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim. 3:16). Petrus memberikan pendapat yang sama ketika ia mengatakan bahwa nubuat dalam Kitab Suci adalah seperti pelita yang bercahaya di tempat gelap (2 Ptr. 1:19). Dengan kata lain, Kitab Suci memberikan bimbingan tentang bagaimana sebaiknya kita menjalani hidup kita dan perilaku mana yang benar dan yang salah. Diilhami oleh Roh Kudus, Kitab Suci tidak lain adalah kehendak Allah yang dinyatakan.
“Hikmat kepada Keselamatan:” Ketika dia mengatakan bahwa Alkitab memberi kita “hikmat... kepada keselamatan” (2 Tim. 3:15), Paulus menunjukkan bahwa Kitab Suci mengarahkan kita kepada Yesus. Keselamatan dibangun pada keyakinan bahwa Yesus telah mati bagi dosa-dosa kita.
Doktrin, bimbingan moral, hikmat akan keselamatan: Tidak heran Firman Allah adalah seperti “pelita yang bercahaya di tempat gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu” (2 Ptr. 1:19).
Tuhan Yesus Memberkati.

RENUNGAN PAGI

SESUATU YANG LEBIH BAIK
Kamis, 1 Juni 2017
Terang Dalam Kegelapan
 
“Dan TUHAN berfirman: Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengarkan seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka” (Keluaran 3:7).
 
Musa lahir tepat pada saat kondisi bangsa Israel dalam keadaan terburuk. Para penguasa Mesir telah membawa banyak tawanan yang menyedihkan dalam segala hal. Ada beberapa orang Ibrani, diantaranya Bezalel dan Aholiab, ang dilatih di perusahaan-perusahaan Mesir “untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga” (Kel. 35:32) dan menikmati hak istimewa terbatas, tetapi massa yang menjadi buruh yang malang dipaksa untuk hidup dan bekerja di bawah kaki penindasan. Dengan demikian, penemuan  bayi laki-laki oleh putri Firaun yang tersembunyi diantara lalang adalah permulaan hari yang baru dan lebih cerah bagi umat Allah yang sedang bergumul.
 
Kondisi sosial ekonomi umat Allah sama gelapnya dengan saat kelahiran Yesus bukan hanya untuk orang-orang Yahudi, tetapi juga untuk  seluruh dunia. Yesaya telah menubuatkan bahwa, pada waktu Dia datang, “kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa” (Yes. 60:2). Dan memang penduduk dunia telah mencapai dasar kebejatan moral dan fisik yang paling rendah. Empat ribu tahun tirani dosa telah membentuk manusia menjadi mahkluk yang tampaknya bertindak lebih cenderung seperti binatang di hutan daripada seperti makhluk yang diciptakan di Eden.
 
Ketika Yesus datang, terang kecerdasan manusia lebih hampir padam oleh karena dosa penyembahan berhala, sihir, adat istiadat dan kehilangan penguasaan diri. Penyakit yang paling buruk tersebar melalui sayap serangga yang terinfeksi yang didorong oleh angin yang mematikan; pengobatan yang kasar dari dokter menimbulkan rasa sakit dan penderitaan yang lebih besar daripada gejala yang mereka coba sembuhkan; kegilaan adalah keadaan yang umum dan usia hanya mencapai 30 tahun. Kedalam lingkungan yang busuk, penuh prasangka, penuh penderitaan ini, Kristus menggenapi apa yang dijanjikan-Nya.
 
Dia juga harus disembunyikan dari muka penguasa yang iri. Tetapi cahaya yang dipancarkan oleh wajah-Nya di palungan adalah kemuliaan yang jelas berasal dari surga yang menarik semua perhatian pujian manusia dan malaikat. Lahir tanpa noda atau tekanan dosa. Dia adalah yang terbaik yang surga bisa persembahkan. Kelahirannya mulai hari baru bagi umat manusia sedang  berjuang. Allah sendiri dalam belas kasihan kepada planet kita yang diperbudak. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal” (Yoh. 3:16} sebagai obat yang sempurna untuk penyakit kita, solusi utama untuk dilemma kita dan satu-satunya harapan keselamatan kita.

TUHAN Memberkati.

Rabu, 31 Mei 2017

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Rabu, 31 Mei 2017
Semakin Diteguhkan oleh Kata Nubuatan
Bacalah 2 Petrus 1:19-21. Nubuatan manakah yang Petrus maksudkan? Apakah yang dimaksudkannya ketika ia katakan bahwa tidak boleh nubuatan Kitab Suci ditafsirkan menurut kehendak sendiri? 
Ketika menekankan bahwa Kekristenan tidak didasarkan pada dongeng isapan jempol manusia (2 Ptr. 1:16), Petrus menawarkan dua bukti: Pertama, saksi mata; (2 Ptr. 1:16-18); kedua, nubuatan Kitab Suci (2 Ptr. 1:19-21), suatu alasan yang digunakannya sebelumnya (1 Ptr. 1:10-12).
Petrus juga menyatakan bahwa “nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri” (2 Ptr. 1:20). Dengan mengatakan hal ini, Petrus tidak melarang kita untuk mempelajari Alkitab bagi diri sendiri. Jauh sekali dari pikiran seseorang yang telah mengatakan, dalam 1 Petrus 1:13, “siapkanlah akal budimu” atau “hendaklah kalian siap siaga.” Tidak juga demikian yang dimaksudkan oleh dia yang memuji nabi-nabi dahulu atas ketekunan mereka menyelidiki makna nubuat-nubuat yang telah diberikan kepada mereka (1 Ptr. 1:10).
Lalu apakah yang Petrus maksudkan? Gereja Perjanjian Baru berkembang bersama dan belajar bersama. Orang Kristen adalah bagian tubuh yang lebih besar (1 Kor. 12:12-14). Dan di sini Petrus memberikan peringatan terhadap jenis pembelajaran jika seseorang menolak pemahaman komunitas orang percaya. Di dalam berinteraksi dengan orang lain kita dapat tumbuh bersama sebagai sebuah komunitas. Roh itu bekerja dengan komunitas dan pribadi-pribadi di dalamnya. Pendapat kita dapat dibagi, diluruskan, dan diperdalam. Tetapi orang yang belajar sendiri, menolak masukan dari orang lain, kemungkinan akan membuat penafsiran yang salah, terutama yang menyangkut nubuatan.
Dalam ayat-ayat berikut kita akan mendapatkan alasan mengapa Petrus membuat pengamatan ini. Dia sedang menulis surat kepada orang Kristen yang di antara mereka terdapat nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu (2 Ptr. 2:1). Petrus mendesak mereka untuk menyampaikan penafsiran mereka tentang Kitab Suci kepada pimpinan jemaat secara keseluruhan. Berapa banyakkah orang yang telah hanyut dalam fanatisme dan kesalahan karena mereka menolak untuk mengindahkan nasihat dari komunitas orang percaya yang dituntun Roh? Hal itu berbahaya waktu lalu, dan demikian juga sekarang ini.
Mengapakah begitu penting untuk terbuka menerima nasihat dan pendapat gereja secara umum? Saat yang sama, apakah batasannya mengenai seberapa jauh kita dapat mendengarkan pendapat orang lain?
TUHAN MEMBERKATI

RENUNGAN PAGI

Rabu, 31 Mei 2017
Berdiam Dihadapan-Nya
 
Habakuk 2: 20
”Tetapi TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi!” 
 
Postur tubuh ciptaan yang tepat dalam menyembah Sang Pencipta adalah dengan penghormatan yang rendah hati. Penyembahan yang penuh hormat mengekspresikan dirinya dengan berbagai cara dari budaya ke budaya dan bahkan dari satu budaya dari zaman ke zaman. Tetapi dalam semua budaya dan seluruh zaman, peyembahan penuh hormat yang benar dituntut di hadapan Allah Mahakuasa, Mahatahu, Mahahadir, Mahasanggup, dan Allah yang kekal.
 
Tetapi apakah Habakuk membantah sebagai contoh Alkitab mengenai perayaan dan pujian yang penuh sukacita yang tidak menuntut keheningan dalam kesunyiaan? Bukankah Miriam menari di hadapan Tuhan? (Kel. 15:20). Bukankah Daud, selain menari, menggunakan alat musik yang nyaring dalam pujian (2 Sam. 6:14)? Dan bukankah Alkitab menyatakan bahwa ketika kita datang ke hadapan Tuhan kita harus mengangkat suara kita seperti sangkakala dalam menyatakan firman-Nya     (Yes. 58:1)?
 
Ya, tetapi tidak ada kontradiksi. “Tarian kebebasan” Miriam terjadi di pantai Laut Merah, tidak dalam lingkungan Bait Suci Allah. Daud menari di jalanan Yerusalem saat ia dan rakyatnya bersukacita atas kemenangan dalam pertempuran, bukan saat beribadah di pelataran  luar bait suci yang dihormati. Dan suara yang didengar Yohanes di Pulau Patmos berbicara seperti sangkakala itu bukanlah suara yang berisik, melengking, yang secara emosional memerintah Allah (WHY. 1:10); tidak pernah Alkitab mengendurkan pembatasan atau rasa hormat kita terhadap Allah ketika kita berkumpul dalam ibadah di bait suci. Kerendahan hati Yesaya “Celakalah aku! Aku binasa!” (Yes. 6:5) merupakan postur yang jauh lebih masuk akal dalam pengalaman ibadah yang Ilahi daripada tarian perayaan Miriam dan Daud.
 
Nabi kita mengingatkan kita bahwa: “Saat Firman Tuhan berbicara kepada orang Ibrani… perintah-Nya adalah: ‘Dan biarlah semua orang mengatakan Amin”’ ; bahwa “ada terlalu banyak formalitas dalam pelayanan keagamaan kita”; bahwa para pendeta-Nya harus berbicara dengan “dikuasai oleh Roh Kudus-Nya”; bahwa dalam pengalaman ibadah  ucapan syukur gereja akan terdengar “tanggapan yang penuh sukacita, hangat dan kata-kata pujian yang menyenangkan” (Testimonies for the Church, jld. 5, hlm. 318).
  
Ketika mengingat bahwa saksi utama dalam semua pelayanan ibadah kita adalah Allah sendiri dan bahwa hiburan dan pertunjukkan seperti itu tidak memiliki tempat di rumah Allah tanggapan kita akan semakin tulus dan antusias sementara bentuknya juga sesuai.

TUHAN YESUS Memberkati.

Selasa, 30 Mei 2017

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Selasa, 30 Mei 2017
Bintang Timur di Hatiku
“Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu” (2 Ptr. 1:19). Bacalah ayat ini dengan cermat. Apakah yang Petrus katakan yang begitu penting bagi kita, bahkan untuk sekarang ini?
Di sini, seperti yang kita lihat pada banyak tempat dalam Alkitab (Kej. 1:4, Yoh. 1:5; Yes. 5:20; Ef. 5:8), suatu pembagian dibuat antara terang dan gelap. Bagi Petrus Firman Tuhan bersinar seperti cahaya di tempat “gelap” (beberapa penerjemah juga menerjemahkan kata gelap sebagai “jorok,” “kotor”). Itulah mengapa dia sangat jelas mengatakan bahwa kita perlu “memperhatikan” terang itu, memperhatikannya sampai “fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.” Kita adalah makhluk yang telah jatuh, hidup di dunia yang jatuh dan gelap. Kita memerlukan kekuatan supra alami dari Tuhan untuk menuntun kita keluar dari kegelapan ini dan kepada terang itu, dan terang itu adalah Yesus.
Petrus mengarahkan para pembacanya pada suatu tujuan. Beberapa orang yakin bahwa ungkapan “sampai fajar menyingsing” berhubungan dengan kedatangan Yesus yang kedua. Meskipun itulah tentunya harapan utama kita, gagasan “bintang timur” terbit di hatimu terdengar lebih dekat dan lebih pribadi. “Bintang Timur” menunjuk kepada Yesus (Why. 2:28; 22:16). Terbit-Nya dalam hatimu adalah tentang mengenal Yesus, berpegang sepenuhnya kepadaNya dan mengalami realitas Kristus yang hidup dalam kehidupanmu sendiri secara pribadi. Yesus tidak boleh hanya menjadi kebenaran doktrinal; Dia harus menjadi pusat dari keberadaan dan sumber harapan dan iman kita. Jadi Petrus membuat hubungan yang jelas antara mempelajari Firman Allah dan memiliki hubungan yang menyelamatkan dengan Yesus, “Bintang Timur” itu.
Dan tentunya, dengan terang yang bercahaya di dalam kita, kita akan menyebarkannya kepada orang lain. “Seluruh bumi akan diterangi dengan kemuliaan kebenaran Allah. Terang itu bersinar ke semua negeri dan semua bangsa. Dan dari mereka yang telah menerima terang itu, terang itu akan terus bersinar. Bintang Timur telah terbit atas kamu, dan kamu ana memancarkan cahayanya pada jalan mereka yang dalam kegelapan.”—Ellen G. White, Christian Experience Anda? Teachings of Ellen G. White, hlm. 220.
Bagaimanakah mempelajari Firman Allah secara pribadi menolong Anda untuk mengenal Yesus dengan lebih baik?

RENUNGAN PAGI

Selasa, 30 Mei 2017
Penglihatan Dalam Bait Suci
“Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah mereka bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat kepada mereka, sebab ia telah bisu” (Lukas 1: 22)
Kisah pengalaman Zakharia di bait suci memberikan kepada kita sejumlah pelajaran berharga. Pertama, kita belajar dari ayat sebelumnya bahwa ia “tidak bercacat” (ayat 6). Kedua, ketika dikunjungi oleh malaikat, ia setia menjalankan tugasnya di bait suci. Ketiga, bahwa di dalam bait sucilah ia menerima kabar menakjubkan bahwa isterinya di usianya yang lanjut akan melahirkan seorang anak laki-laki.
Ketiga unsur pengalamannya tersebut menyampaikan makna yang penuh arti kepada kita sekarang ini. Pertama, jika kita juga ingin digunakan, kita harus tidak bercacat di hadapan Allah. Tetapi menjadi tidak bercacat bukan berarti tanpa kesalahan. Melainkan, tanpa cacat berarti bahwa semua dosa kita diampuni, bahwa semua kejahatan kita di tutupi oleh darah Yesus, dan bahwa jubah kebenaran Kristus menyembunyikan kita. Hal itu bukanlah kehidupan kita, melainkan kehidupan-Nya yang meliputi membuat kita tak bercacat.
Kedua, anak Allah yang sejati hanya mengampuni dan menutup, tetapi juga melayani dalam memenuhi tugas-Nya dengan setia. Kita tahu bahwa adalah mungkin karena Dia yang mengatakan “pergilah ke seluruh dunia” (Mrk. 16:15) dan “setia sampai mati” (Why. 2:10) juga berjanji: “Aku menyertai kamu senantiasa, sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20).
Aplikasi terakhir pengalaman Zakharia di bait suci adalah bahwa sering terjadi, sementara menyembah di bait suci, kita menerima pesan Tuhan tentang kehendak-Nya bagi hidup kita. Kadang-kadang sambil duduk dalam meditasi yang tenang, kadang-kadang dipengaruhi dengan alunan musik sakral, atau kadang-kadang ketika sibuk menjalankan tugas sehari-hari, kita mendengar dari Dia peringatan dan dorongan yang mengarahkan kita dalam pelayanan dan kesalehan hidup.
Kitab Kisah Para Rasul mengingatkan kita bahwa orang-orang kepada siapa Pentakosta turun “mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah” )Kis. 2:46). Hal ini mungkin secara fisik tidak memungkinkan bagi kita sekarang ini. Tetapi mereka tidak “menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita” (Ibr. 10:25) memaksimalkan pertemuan di mana kehendak Allah diperkenalkan dan meminimalkan upaya setan untuk menangkap, merusak, dan mencemari bait suci manusia kita.

Senin, 29 Mei 2017

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa

Senin, 29 Mei 2017
Saksi Mata Kemuliaan
Bacalah 2 Petrus 1:16-18. Apakah bukti lain yang Petrus katakan ia miliki karena imannya kepada Yesus? 
Selain bahasa nubuatan, Petrus adalah seorang saksi mata dari banyak hal yang dikhotbahkannya. Kekristenan, katanya, tidak didasarkan pada “dongeng-dongeng isapan jempol manusia” (2 Ptr. 1:16), tetapi pada peristiwa nyata yang terjadi dalam sejarah-peristiwa yang dia sendiri telah saksikan.
Dalam kitab Injil, Petrus berada di sana pada kebanyakan peristiwa penting dalam kehidupan dan pelayanan Yesus. Dia berada di sana sementara khotbah, pengajaran, dan mukjizat. Dari mukjizat ikan yang pertama (Luk. 5:4-6) sampai kepada melihat Yesus di Galilea setelah kebangkitan-Nya (Yoh. 21:15), Petrus adalah saksi mata atas begitu banyak hal yang telah terjadi.
Dalam 2 Petrus 1:17, 18, peristiwa apakah yang secara khusus Petrus soroti untuk yang secara pribadi dilihatnya? Apakah makna khusus peristiwa itu? 
Petrus menyoroti salah satu peristiwa yang istimewa bagi seorang saksi mata: Yesus berubah rupa. Yesus telah membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes dengan-Nya ke puncak gunung untuk berdoa (Luk. 9:28). Sementara berada dengan mereka Ia berubah rupa di depan mata mereka. Wajah-Nya bersinar, dan pakaian-Nya menjadi putih menyilaukan (Mat. 17:2; Luk. 9:29). Dia ditemani oleh Musa dan Elia, dan suara dari surga berkata, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat. 17:5).
Petrus telah melihat banyak hal pada waktu bersama dengan Yesus; namun, peristiwa ini yang menonjol. Yang mengungkapkan Yesus sebagai Anak Allah, bahwa waktu-Nya di bumi telah digunakan sesuai dengan rencana Allah, dan bahwa Dia memiliki hubungan yang sangat khusus dengan Bapa. Dibandingkan dengan semua yang Petrus telah lihat atau akan lihat, peristiwa ini—termasuk “suara ini... datang dari surga” (2 Ptr. 1:18) —adalah salah satu yang disorotinya dalam surat ini.
Pikirkanlah tentang peristiwa apa atau banyak peristiwa yang telah membuat kesan mendalam dan selamanya tinggal dalam kehidupan rohani dan imanmu. Peristiwa apakah itu, bagaimana hal itu memengaruhi Anda, dan bagaimana hal itu masih berarti bagimu sekarang ini? Menurut Anda, mengapakah sehingga hal itu berdampak demikian? Bagikanlah jawaban Anda di UKSS pada hari Sabat. 
- See more at: http://www.adventbenhil.org/media/pelajaran-sekolah-sabat-dewasa/saksi-mata-kemuliaan#sthash.6HJ82kBR.dpuf

Renungan Pagi “SESUATU yang LEBIH BAIK”

29  Mei  2017

Sikap Bersyukur

“Ketika raja telah menetapkan dirumahnya dan TUHAN telah mengaruniakan keamanan kepadanya terhadap semua musuhnya di sekeliling, berkatalah raja kepada nabi Natan: ‘Lihatlah, aku ini diam dalam rumah dari kayu aras, padahal tabut Allah diam di bawah tenda”’ (2 Samuel 7:1, 2).

Hari-hari pengasingan dan berbahaya Daud sekarang telah berlalu; ia telah ditempatkan sebagai raja pejuang Israel dan sekarang menikmati istirahat dari Negara-negara saingan dan tanpa pemberontak musuh di dalam wilayah kekuasaannya. Tetapi dia tidak merasa nyaman. Mengapa? Tempat tinggalnya terbuat dari bahan yang paling mahal dari yang ada, tetapi rumah Allah masih dari tenda sementara. Dia tidak bahagia tinggal di ruang marmer istananya sementara Allah bertemu dengan umat-Nya di tempat yang lebih sederhana.

Daud tidak punya keraguan tentang kemampuan Allah untuk bertemu umat-Nya di tempat-tempat  yang sederhana. Karena, ia dengan senang hati berbicara dengan Dia sebagai seorang gembala, sebagai pewaris taktha buronan, dan sebagai raja yang diasingkan di wilayah yang dingin dan tandus. Di dalam kesunyian langit berbintang dalam relung gelap gua rahasia ia seringkali berdoa dan bersekutu dengan pelindung dan Tuhannya. Tetapi itu telah berlalu, dan ini adalah sekarang. Dia tahu bahwa adalah tidak tepat jika dia, seorang yang fana sekarang diberkati untuk mendiami tempat yang mewah, membiarkan hadirat Shekinah untuk tinggal di tenda dari terpal.

Keinginan Daud di dorong oleh keinginannya untuk menghormati tidak hanya keagungan Allah, tetapi juga kebaikan-Nya. Allah adalah seorang penyayang yang menakjubkan, karena Dia telah menuntun dia dari padang rumput kepada istana dan dari pengasingan kepada kemuliaan. Apakah cara yang lebih baik untuk menunjukkan rasa terima kasihnya selain daripada membangun bagi Dia bait suci yang layak untuk nama-Nya?

Adalah semangat Daud untuk memuji yang mengispirasi banyak lagu-lagu ucapan syukur dan yang sangat mempengaruhi penunjukkan sebagai “seorang yang berkenan di hati-Nya [Allah]” (1 Sam. 13:14).


Apakah “sikap bersyukur” bersinar dalam jiwa Anda hari ini? Jika demikian itu akan menjadi lagu di dalam hati Anda, cahaya di mata Anda, doa pada bibir Anda, api di dalam dada Anda, dan musim semi pada langkah Anda yang akan seperti yang terjadi pada Daud, menemukan ekspresi tidak hanya pada bait suci di mana kita sebagai  umat percaya bertemu, tetapi juga pada bait suci pribadi kita.

PELAJARAN SEKOLAH SABAT

Pelajaran Sekolah Sabat Dewasa
Senin, 29 Mei 2017
Saksi Mata Kemuliaan
Bacalah 2 Petrus 1:16-18. Apakah bukti lain yang Petrus katakan ia miliki karena imannya kepada Yesus? 
Selain bahasa nubuatan, Petrus adalah seorang saksi mata dari banyak hal yang dikhotbahkannya. Kekristenan, katanya, tidak didasarkan pada “dongeng-dongeng isapan jempol manusia” (2 Ptr. 1:16), tetapi pada peristiwa nyata yang terjadi dalam sejarah-peristiwa yang dia sendiri telah saksikan.
Dalam kitab Injil, Petrus berada di sana pada kebanyakan peristiwa penting dalam kehidupan dan pelayanan Yesus. Dia berada di sana sementara khotbah, pengajaran, dan mukjizat. Dari mukjizat ikan yang pertama (Luk. 5:4-6) sampai kepada melihat Yesus di Galilea setelah kebangkitan-Nya (Yoh. 21:15), Petrus adalah saksi mata atas begitu banyak hal yang telah terjadi.
Dalam 2 Petrus 1:17, 18, peristiwa apakah yang secara khusus Petrus soroti untuk yang secara pribadi dilihatnya? Apakah makna khusus peristiwa itu? 
Petrus menyoroti salah satu peristiwa yang istimewa bagi seorang saksi mata: Yesus berubah rupa. Yesus telah membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes dengan-Nya ke puncak gunung untuk berdoa (Luk. 9:28). Sementara berada dengan mereka Ia berubah rupa di depan mata mereka. Wajah-Nya bersinar, dan pakaian-Nya menjadi putih menyilaukan (Mat. 17:2; Luk. 9:29). Dia ditemani oleh Musa dan Elia, dan suara dari surga berkata, “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat. 17:5).
Petrus telah melihat banyak hal pada waktu bersama dengan Yesus; namun, peristiwa ini yang menonjol. Yang mengungkapkan Yesus sebagai Anak Allah, bahwa waktu-Nya di bumi telah digunakan sesuai dengan rencana Allah, dan bahwa Dia memiliki hubungan yang sangat khusus dengan Bapa. Dibandingkan dengan semua yang Petrus telah lihat atau akan lihat, peristiwa ini—termasuk “suara ini... datang dari surga” (2 Ptr. 1:18) —adalah salah satu yang disorotinya dalam surat ini.
Pikirkanlah tentang peristiwa apa atau banyak peristiwa yang telah membuat kesan mendalam dan selamanya tinggal dalam kehidupan rohani dan imanmu. Peristiwa apakah itu, bagaimana hal itu memengaruhi Anda, dan bagaimana hal itu masih berarti bagimu sekarang ini? Menurut Anda, mengapakah sehingga hal itu berdampak demikian? Bagikanlah jawaban Anda di UKSS pada hari Sabat. 

Minggu, 28 Mei 2017

PELAJARAN ALKITAB - 1. FIRMAN ALLAH

ALKITAB  (A)
A 1           Apakah tujuan dari Alkitab?  II Timotius 3:15,16
1.   Alkitab memberi kita hikmat yang menuntun kepada keselamatan didalam Yesus Kristus.
2.   Seluruh Alkitab diinspirasikan oleh Allah.
A-2          Siapakah yang menulis Alkitab?  II Petrus 1:21
                1.     Nabi-nabi Allah menuliskan Alkitab.
                2.     Mereka berbicara digerakkan/didorong oleh Roh Kudus.
        
A-3           Bagaimana kita dianjurkan untuk belajar Alkitab?  Yesaya 28:10
1.    Harus begini, harus begitu, mesti begini, mesti begitu, tambah ini, tambah itu.
2.   Membandingkan ayat yang satu dengan ayat yang lain.
A-4            Berapa lama Firman Tuhan akan bertahan?  I Petrus 1:25
Firman Tuhan akan bertahan selama-lamanya.
A-5            Mengapa Alkitab dituliskan?  II Timotius 2:15  Bagi Keselamatan
A-6            memberikan pengharapan kepada kita. Roma 15:4
A-7            Siapakah yang disaksikan oleh Firman Tuhan?  John 5:39
                  1.     Alkitab memberi kesaksian tentang Yesus.
                  2.     Oleh menerima Yesus, kita memperoleh hidup yang kekal.
A-8            Apa janji Allah bagi kita jika kita menuruti kehendak-Nya? 
Yohanes 7:17 Jika kita berserah pada kehendak Allah, kita akan tahu manakah pengajaran dari Allah dan manakah ajaran dari manusia.
A-9            Benar dari mulanya. Mazmur 119:160
A-10          Kekal. Matt 24:35
A-11          Kebenaran. Johanes 17:17
Kita bisa mengetahui apa yang Allah ingin kita lakukan jika kita mempelajari Firman-Nya dan mengikutinya.

PREVIEW: Pelajaran selanjutnya menunjukkan bagaimana kita bisa mempercayai Alkitab sebagai Buku yang akurat dibalik semua buku yang pernah ada karena segala sesuatu yang diramalkan menjadi kenyataan.

Download Pdf

BACAAN ALKITAB HARIAN

FOLLOW THE BIBLE

Yohanes 14:1-31 Rumah Bapa YOH 14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percaya juga kepada-Ku. YOH 14:2 Di rumah Bapa-...

LAGU FAVORIT